Monday 6 February 2017

Agen Muslim Eropa

Pertama kali denger kata agen muslim itu pas nonton filmnya Hanum Rais "99 Cahaya di Langit Eropa". Ngebayangin gimana susahnya saudara-saudara seiman kita untuk berjuang ngebantu para mualaf untuk mengenal Islam. Problem utama yang dihadapi jelas adalah bahasa, karena begitu multikulturalnya penduduk di Eropa sehingga permasalahan dalam bidang penguasaan bahasa menjadi permasalahan yang paling mendasar, karena tidak semua menguasai bahasa Jerman, Perancis atau bahkan Inggris. Jangan salah, di Eropa banyak banget ternyata penduduknya yang tidak fasih bahasa Inggris, termasuk di kelas dimana aku belajar. Setiap Senin jam 18.15 sampai jam 19.45 mata kuliah ,,Unaccompanied Minors and Western Welfare State" merupakan mata kuliah satu-satunya di semester ini yang bahasa pengantarnya bahasa Inggris, jadi jangan heran kalau ga semua mahasiswa turut berperan aktiv dalam diskusi atau banyak yang mencoba dengan bahasa Inggris yang terbata-bata dan hey, it was a good job karena ga ada satupun yang akan ngetawain kalau ada yang salah ngomong atau ga tahu apa bahasa Inggrisnya (jadi flashback inget pidato bahasa Inggris presiden Indonesia yang menjabat sekarang yang langsung dapat olokan dan hinaan dari warganya, at least he has tried, right?)
Kembali ke topik agen muslim Eropa, ternyata untuk menjadi agen muslim itu bener-bener sulitnya subhanallah. Jangankan gaya kayak Hanum Rais dan temen-temennya yang memfasilitasi para mualaf untuk lebih mengenal Islam, jadi agen muslim dikalangan bangsa sendiri yang juga satu akidah saja sulitnya minta ampun.
Ngerasa bener hidup di Eropa sendirian (dulu, tapi alhamdulillah sekarang udah ga) dan tinggal di kota yang (dulu) minim orang Indonesianya, kualitas diri dalam bidang agama kerasa banget makin menurun. Solat udah sering yang ga di awal waktu, karena masuk kuliah sebelum masuk waktu dzuhur dan selesai selah masuk waktu ashar (fenomena pas winter), atau sulitnya nemu daging halal kalau tinggalnya di kota kecil yang dengan sangat terpaksa makan daging yang ga ada label halalnya selama substansinya bukan yang haram dan banyak contoh lainnya. Sampai-sampai pernah mutusin untuk pindah ke kota yang banyak orang Indonesianya dan ada pengajiannya. Ya pengajian, di kota dimana aku tinggal ini ga ada yang namanya pengajian, tiap berdoa selalu minta sama Allah untuk ngirim orang-orang soleh ke kota ini dan alhamdulillah aku akhirnya dipertemukan dengan mereka. Bayangkan, aku berdoa mulai dari 2012 bulan Desember dan baru terkabul bulan April 2016, betapa aku harus banyak bersabar dan kuat iman selama beberapa tahun ke belakang.
Jangan dulu ngebayangin orang Indonesia yang ada di kota ini sebelumnya jauh dari agama, tapi aku belum menemukan orang Indonesia yang kalau ngobrol dan diskusi dengannya itu bisa makin memperbaiki kadar keimanan dan ketaqwaan aku dan alhamdulillah aku akhirnya dipertemukan dengan mereka yang sama-sama ingin belajar untuk semakin mengenal agama Islam. Akhirnya tercetuslah untuk mengadakan pengajian yang mudah-mudahan sih bisa jadi agenda rutin, aamiin. Tapi problem apa yang kami hadapi yang mengharuskan kami untuk sabar? Respon dari teman-teman yang sungguh sangat diluar dugaan.

chat-1
Chat surprise yang pertama
chat-2

Giliran dibalesnya begitu, itu si tetek kecetak sama si belahan pantat kelihatan ga ada ngomong lagi cuma yang pertama ngasih icon unjuk tangan sebagai respon kalau dia bisanya datang mulai dari jam 19.00 dan yang keduanya, which is si belahan pantat keliatan ga bisa datang karena harus kerja katanya. Yang disayangkan itu kenapa responnya harus begitu? Di grup tersebut kan bukan cuma muslim anggotanya tapi ada juga penganut agama lain. Responnya beda banget kalau sama respon yang nanggapin ajakan buat party, clubbing, ke pub dan lain-lain. Cuma bisa istighfar dan baca basmallah supaya kita semua dikasih kekuatan dan kesabaran buat terus istiqamah, aamiin.

No comments:

Post a Comment

Kerja Sambilan di Jerman (Part II): Kerja (Sebagian Gelap) di Sembilan Tempat yang Berbeda

Bulan-bulan pertama setelah aku keluar dari rumah Gastfamilie  merupakan bulan-bulan yang sulit banget buat aku. Gak hanya dari segi keuanga...