Monday 6 February 2017

What if your little sister, is not little anymore?

Hari ini, 11 Desember 2016, merupakan hari yang paling menyedihkan dalam sejarah hidupku sebagai seorang kakak. Adik, kembaran (sebenernya umurnya beda setahun), saingan terberat, sahabat terdekat hari ini melangsungkan pernikahannya. Adikku hari ini resmi dipersunting oleh laki-laki yang setahun belakangan ini menjadi pacarnya dan hari ini mereka telah sah menjadi sepasang suami istri.
1937493_10203565765358827_2036706478880710331_n
Me (Right, Yeah, I'm always right), my sister




Gimana ga sedih, aku hanya melihat prosesi ijab kabul adikku melalui Facebook live yang disiarkan secara khusus oleh bapak mertua terbaik yang pernah aku punya. Mulai dari jam 2 dini hari aku dan suami dengan setia mengikuti prosesi acaranya dimulai dari mapag panganten (FYI, keseluruhan upacara pernikahannya menggunakan upacara adat sunda), pengalungan mangle (kalungan bunga melati) kepada calon suami adikku oleh mama, ijab kabul, suapa-suapan, sungkem dan saweran. Aku dan suami hanya sanggup bertahan sampai saweran, pas bagian kirab pengantin kami tonton saat kami bangun tidur.

Aku senang melihat adikku bahagia, akhirnya ada laki-laki yang akan selalu menjaga dia dan aku harap dia ga akan pernah lagi merasakan patah hati. Selama prosesi pernikahan berlangsung aku masih bisa tersenyum-senyum, ga ada rasa sedih sedikitpun melihat keseluruhan rangkaian prosesi pernikahannya sampai akhirnya tiba-tiba aku menyadari bahwa mulai dari hari ini adikku ga akan lagi merengek-rengek padaku. Adik kecilku sekarang sudah menjadi seorang wanita dewasa yang seutuhnya. Tanpa terasa aku mulai menelusuri foto-foto yang pernah kami ambil bersama dan mataku berhenti pada sebuah foto dimana aku dan adikku berdiri saling berangkulan dan kami mengenakan baju yang sama seperti layaknya anak kembar.

Aku nyalakan laptopku dan mulai menulis surat pendek kepada adikku. Aku minta suamiku untuk membaca kembali suratnya karena surat itu aku tulis dalam bahasa Inggris dan aku akui bahwa sekarang kemampuan bahasa Inggrisku sudah tidak sebaik dulu, whatever. Selama aku menulis surat pendek untuk adikku, otak dan perasaanku dibanjiri kenangan-kenangan yang pernah kami lalui bersama. Aku ingat kalau aku pernah memarahi adikku habis-habisan hanya karena dia memakan potongan kecil dari coklat yang aku punya yang ingin aku bagi pada temanku. Masih hangat di ingatanku kalau adikku saat itu menangis dan menjelaskan kalau coklat yang dia makan coklatku karena temanku, Ineu, memberikan coklat itu padanya, tapi aku marah dan tidak mendengarkan penjelasan adikku sedikitpun. Andai aku bisa kembali ke masa itu, aku akan menahan diri untuk tidak memarahi adikku dan membuat dia menangis karena pada akhirnya aku menyesali apa yang pernah aku lakukan, walaupun mungkin semuanya sudah terlalu terlambat untuk disesali dan entah adikku masih ingat atau tidak.

Suamiku membaca surat yang aku tulis lalu dia memintaku untuk membacanya dengan jelas karena suamiku ingin tahu bagaimana perasaanku saat aku menulis surat itu dan tanpa terasa air mataku mengalir.

Dear sister,
there was a time in our life to be a twins-look-like, we wore a similar outfits most of the time in our life.
We played together, gone to the same school even we've been placed in the different grade and class, we smiled together, we laughed so hard, we cried,
we argued and sometimes we fought over something silly.
That time, we used to share all of our happy and sad stories, our failures and achievements, loves and broken hearts.
For about two months, I have someone to share everything with, but your place is never be replaced, you know that, right?
And now you have someone to share everything with too, who cares about you, loves you as you are and he'll be by your side and I hope your heart will never be broken again.
It's hard for me to believe that you're reading this thousands miles across the sea and I'm sorry that I can't be there on your wedding day.
But you know I'm by your side, even if I'm not.

With Love,
Sister
P.S.: You look pretty in that wedding dress, keep shining and be brilliant

Selamat menempuh hidup baru adik tersayang, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, aamiin.

No comments:

Post a Comment

Kerja Sambilan di Jerman (Part II): Kerja (Sebagian Gelap) di Sembilan Tempat yang Berbeda

Bulan-bulan pertama setelah aku keluar dari rumah Gastfamilie  merupakan bulan-bulan yang sulit banget buat aku. Gak hanya dari segi keuanga...