Yaaaiiiiyyyyy, full satu minggu ga pergi ke kampus,
ga satu minggu juga sih sebenernya orang kuliahnya cuma dari Senin
sampai Kamis, cuma ga enaknya bolos kuliah kali ini karena emang ga
begitu enak badan. Dari hari Sabtu minggu kemaren sampe hari ini
bawaannya setiap hari itu mual-mual, rasanya kepengen muntah dan badan
kerasanya itu lemes banget padahal kondisi badan ok ok aja rasanya.
Bentar-bentar diem, gerak dikit ngos-ngosan, terus ketiduran, kerjaan
rumah bener-bener ga selesai, sampai-sampai suami ikutan turun tangan,
tumpukan piring kotor di wastafel tahu-tahu udah kesusun rapi
di rak piring, karpet di ruang tengah udah balik ke tempat semula alias
kembali digelar di atas lantai setelah seminggu lebih nangkring di
pojokan ruangan, digulung, karena takut kena kotor tukang yang dateng;
'mayat-mayat' serangga kecil yang berjatuhan di deket jendela juga udah
ilang, makasih banyak suami :*
Suami udah keukeuh aja ngajakin periksa ke dokter, cuma kalau periksa ke dokter nanti aku ditanya sama dokter gimana hasilnya tes lab dari Urologe
dan Gynäkolog, aku kan sampai hari ini masih juga belum pergi kesana
karena males dan waktunya ga pas terus, mana disini jarang banget ada
dokter yang langsung nerima pasien untuk konsultasi, apa-apa harus bikin
appointment dulu, ga praktis banget ya :(
Ga tau dapet ide darimana tiba-tiba suami bilang "Yang, jangan-jangan kamu hamil ya?". WHAT????
HAMIIILLLLL???? Masa sih hamil? Dengan sigap, suami langsung meraih
handphonenya yang saat itu diletakkan di atas bantal. Dia langsung
memasukan kata kunci "ciri-ciri kehamilan" di search engine dan
suamiku pun dengan serius mulai membaca artikel tersebut satu demi
satu. "Iya Yang, kayaknya kamu hamil, semua ciri-cirinya disini persis
sama kayak keluhan kamu". Antara bingung dan senang, semuanya campur
aduk, "Kok bisa aku hamil?" karena kemungkinan bagiku untuk hamil saat
ini itu 0,01 %. Ya, 0,01 % karena aku sudah mulai minum Babypille
atau pil KB yang diresepkan oleh dokter dari seminggu sebelum kami
menikah dan aku selalu meminum pil tersebut setiap hari tanpa terlewat,
ya walaupun aku minum di jam yang berbeda tapi kemungkinan untuk hamil
tetap kecil. Untuk menjawab rasa penasaran kami akhirnya diputuskan
untuk membeli test pack lewat internet, soalnya kalau beli di
toko harganya mahal untuk ukuran kantong kami, 8 € untuk satu strip dan
hanya bisa dipakai untuk satu kali tes, lebih baik kami pakai uangnya
untuk beli daging steak, itu juga harganya cuma 6 €.
Besoknya pesananku datang dan aku langsung tes urine dan seperti dugaanku, hasilnya ternyata memang negative.
Antara senang dan sedih perasaanku saat itu, senang karena aku ga hamil
yang artinya aku masih bisa tetap kuliah dan kerja selama satu tahun
kedepan, tapi disisi lain aku juga ngerasa sedih karena aku jadi ga tahu
apa sebenernya aku bisa hamil atau nggak. Tahun 2010 aku divonis oleh
salah satu dokter di Bandung kalau aku mengidap suatu penyakit bernama endometriosis
yang katanya penyakit ini tuh salah satu penyebab perempuan di dunia
kesulitan untuk memiliki keturunan. Para perempuan tersebut baru
mengetahui mereka mengidap endometriosis setelah mereka
berkali-kali berusaha untuk punya anak tapi selalu tidak berhasil.
Syukurlah Tuhan maha baik, aku diberi tahu kalau aku mengidap penyakit
ini jauh sebelum aku merencanakan untuk mempunyai anak, bahkan saat itu
untuk menikah saja aku belum kepikiran. Syukurlah aku dipertemukan
dengan suami yang sangat supportive dan menerima aku apa
adanya, suami dan keluarganya sudah tahu dari awal kalau aku mengidap
penyakit tersebut. Suami selalu bilang "Aku seneng kita punya anak, tapi
kalau ga juga gapapa, kita bisa terus pacaran kayak sekarang. Kalau
kamu kesepian, nanti kita ajak orang tua kita untuk tinggal disini",
selalu terharu setiap kali denger suami ngucapin kalimat-kalimat seperti
ini, alhamdulillah banget Allah SWT ngirim dia dan bukan yang lain untuk jadi suami aku. Bismillah, semoga kami selalu diberi yang terbaik oleh Allah SWT, aamiin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kerja Sambilan di Jerman (Part II): Kerja (Sebagian Gelap) di Sembilan Tempat yang Berbeda
Bulan-bulan pertama setelah aku keluar dari rumah Gastfamilie merupakan bulan-bulan yang sulit banget buat aku. Gak hanya dari segi keuanga...
-
Dulu waktu masih di Indonesia, mau makan nasi kapan aja itu bisa, terserah mau makan jam berapa, tapi disini oh Gott, makan nasi pagi-pagi i...
-
Minggu lalu aku dapet e-mail masuk dari salah seorang yang ga sengaja mampir ke blog ini, Hana namanya. Katanya saat ini dia sedang kuliah S...
-
Kemaren-kemaren lagi seru banget nongkrongin grup Facebooknya PPI Jerman, soalnya ada mahasiswa Halu(sinasi) dari Mannheim yang bikin ricuh ...
No comments:
Post a Comment