Friday 26 December 2014

Natalan: Merayakan atau tidak?!?

Banyak postingan di internet berseliweran pra-natal yang memperdebatkan hukum mengucapkan selamat natal bagi seorang muslim kepada mereka yang merayakan. Sebagian ada yang bilang boleh, sebagian lagi dengan keras dan tegas mengatakan tidak. Lantas bagaimana gw yang selama dua tahun terakhir ini selalu melewati natal bersama dengan mereka yang merayakan?

Selasa kemarin gw ditanya Stephi, apa ga aneh buat gw tidak merayakan natal disaat orang-orang kebanyakan merayakannya. Ya gw jawab, cukup aneh sebenernya tapi toh gw ga merayakan dan teman gw juga ada yang ga merayakan, jadi gw masih bisa melewatinya dengan tidak merasa "aneh". Tapi walaupun gw ga merayakan natal, gw tetep dapet kado khas natal, kayak kue kering, coklat, buku, voucher bahkan uang. Gw ga anggap ini sebagai kristenisasi, karena agama dan keimanan buat gw tidak bisa dipaksakan. Gw anggap ini bagian dari tahaddu, tahabbu yang artinya saling memberi hadiahlah, maka kalian akan saling menyayangi.

Selain hadiah, gw juga dapet ucapan natal dari sebagian kenalan gw yang kasih gw hadiah. Lalu reaksi gw gimana? Simple, gw jawab makasih, tapi gw ga merayakan natal, have a good time aja buat kalian. Gw bilang have a good time, schöne Zeit wünsche ich euch, dll tapi bukan selamat natal. Apa reaksi mereka? Mereka meminta maaf karena mereka ga tahu dan itu udah semacam tradisi saat natal saling mengucapkan selamat natal pada setiap orang. Ya buat gw itu bukan masalah, karena ga mempengaruhi keimanan gw sampai saat ini.

Bangun tidur tadi gw langsung dapat ucapan natal satu lagi dari Nora. "Frohe Weihnachten, Vitri" dan lagi-lagi gw jawab "Nett von dir, habe aber keine Weihnachten gefeiert". Apa setelah itu gw dan Nora berdebat panjang lebar dan dikatai ga toleransi? Ga, biasa aja tuh. Yang gw bikin aneh disaat salah satu temen dari temen gw mengomentari dengan komentar yang menurut gw ga manusiawi sekali. Dia mengomentari hadiah natal yang kami terima dengan kalimat seperti ini "Kenapa kalian terima pemberiannya, itu kan UANG HARAM!!!". Meine Güte, dengan mudahnya dia melabeli halal dan haram. This is hablum minannas, hubungan manusia dengan manusia dimana resepnya ada tujuh (Q.S. Al Hujurat 6-12):
  1. Tabayun, mengecek kebenaran suatu berita yang sampai ke telinga kita.
  2. Ishlah, meluruskan yang tidak lurus, mendamaikan yang tidak damai, merukunkan yang tidak rukun serta meluruskan informasi yang salah.
  3. Hindari taskhirriyah atau meremehkan dan mengolok-olok orang lain.
  4. Jangan menghina orang lain.
  5. Jauhi sikap suudzon atau buruk sangka.
  6. Jangan suka mencari kesalahan orang lain.
  7. Jangan suka bergunjing.
“Sebaik-baik manusia diantara kalian adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” itu perintah Rosul. Jadi mau dia agamanya apa, warna kulitnya apa, matanya segaris kayak koin atau bulet gede kayak koin juga, ga lantas harus bersikap beda. Ga enak loh disebut, dianggap, diperlakukan sebagai "minoritas". Trust me, it sucks jadi yang namanya minoritas. Cuma dengan jadi yang namanya minoritas, gw dan sebagian teman muslim lainnya disini merasakan apa yang dialami dan dirasakan oleh minoritas di Indonesia dan sedih melihat perlakuan mayoritas pada minoritas di Indonesia, karena kami yang minoritas disini mendapatkan perlakuan yang jauh berkali-kali lipat lebih baik. Jadi masih meributkan ngucapin natalan atau tidak?

Saturday 13 December 2014

Aupair: Apakah Aupair itu? (Part I)

Semenjak muka gw naik cetak, gw kebanjiran permintaan pertemanan dari seluruh pelosok Indonesia serta pesan-pesan yang bernada sama "Mbak, ceritanya menginspirasi, gimana sih biar bisa seperti itu? Boleh kan berbagi pengalaman, blablabla tralala...". Semua yang mengirim pesan ke gw memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, ada yang lulusan SMA, ada yang baru masuk kuliah, ada yang lagi kuliah dan masih sekolah bahkan ada juga yang udah kerja. Diantara mereka ada yang pernah belajar bahasa Jerman, ada yang belum sama sekali tapi jago bahasa Inggris, atau bahkan ga bisa dua-duanya tapi berniat ingin belajar.

Sebenernya Aupair ini apa sih? Kerjakah? Bisa dapat banyak uang dari Aupair? Bisa ngirim ke Indonesia ga kira-kira tiap bulannya? Apakah jadi Aupair enak? Kalau ga enak, apa yang bikin jadi ga enak? Uang yang dikeluarin waktu ke Jerman berapa? Selama di Jerman dikirim uang oleh orang tua ga? Pertanyaan-pertanyaan sejenis gitu yang selalu gw terima dan gw selalu berusaha untuk jawab sebisa gw, setahu gw dan gw saranin liat blog gw karena gw ga bisa balas semuanya dengan rinci pada puluhan orang (sorry :( ). Setelah gw cek, meine Güte ternyata gw belum membahas Aupair itu apa, mein Fehler :(

Aupair itu kalian tinggal di keluarga asing, menumpang disana dan dapat makan serta tinggal gratis yang bertujuan untuk saling mempelajari budaya masing-masing baik segi kultur maupun bahasa. Jadi, hal mendasar adalah ketertarikan terhadap bahasa dan penguasaan bahasa yang digunakan di negara tempat kalian Aupair. Karena Aupair termasuk win-win-solution, maka selain menerima makan dan tinggal secara gratis serta asuransi kesehatan yang dibayar oleh keluarga, kalian juga harus memberikan sesuatu pada keluarga tersebut yaitu pertolongan dalam mengurus anak dan mengurus rumah. Banyak yang beranggapan bahwa Aupair kerjanya hanya main dengan anak, ini kurang tepat. Namanya anak-anak, kalau bermain pasti berantakan, jadi Aupair dan anak harus beresin mainan-mainan ini, selain itu juga Aupair bertanggung jawab atas kerapian dan kebersihan kamar serta kamar mandi anak, jadi jangan kaget kalau suatu saat disuruh sikat kamar mandi, toilet, ganti sprei, sortir baju anak, dan lain-lain.

Kenapa suatu keluarga butuh Aupair? Karena disaat anak pulang dari sekolah, orang tua masih berada di tempat kerjanya. Anak biasanya pulang jam 13.00 atau jam 16.00 dan jika anak pulang di saat jam makan siang, Aupair juga harus menyiapkan makanan (bisa manasin atau bahkan masak) untuk dimakan oleh anak dan juga kalian. Jadi disarankan untuk bisa masak!!!

Jam kerja Aupair beragam, tergantung kesepakatan dengan keluarga tersebut. Diaturannya sih Aupair ga boleh kerja lebih dari 30 jam seminggu, berarti sehari hanya 5 sampai 6 jam, tapi banyak Aupair yang melakukan kesalahan disini. Mereka hanya berpegang pada aturan 5-6 jam tersebut, sedangkan yang kedudukannya lebih kuat adalah kontrak kerja yang telah ditandatangani oleh pihak Gastfamilie dengan Aupair (Vertrag). Biasanya di Vertrag diisi dengan jam kerja standar Aupair, tapi ada juga yang namanya kesepakatan tidak tertulis dan pasti calon Gastfamilie bertanya pada Aupair apa tidak keberatan bekerja lebih dari waktu yang telah ditentukan tersebut. Kalau dari awal kalian sudah tahu kerjanya 7 sampai 9 jam sehari, dan kalian menyetujuinya tapi mengeluh setelah berada disini karena selalu kerja lebih dari 5 atau 6 jam, itu kesalahan kalian karena terlalu terburu-buru mengambil keputuan, biasanya alasannya karena takut ga ada keluarga lain yang mau ambil. Kalau gitu caranya, berarti resiko di tanggung sendiri, selektif dalam memilih keluarga.

Aupair ini emang harus bisa bahasanya ya? Iya karena di beberapa negara sertifikat kemampuan bahasa menjadi salah satu syarat penting sebagai salah satu kelengkapan dokumen dalam pengajuan visa. Lantas Aupair itu bisa dimana aja? Apa hanya Jerman? Tidak. Aupair bisa dimana-mana, bisa Jerman, Belanda, Prancis, Belgia, Italia, Australia, Amerika, Inggris bahkan Arab Saudi. Hanya tolong dicatat, tidak semua negara menerima Aupair berstatuskan kewarganegaraan Indonesia. Amerika dan Inggris silahkan hapus dari pikiran kalian, karena itu tidak akan mungkin. Jika kalian mendapat aplikasi Aupair dari negara tersebut, maka abaikan karena kalian hanya buang-buang waktu saja.

Sorry, but there are no visas available to Indonesian nationals to come to the UK as an au pair. So either the family in the UK do not know the regulations or this could be a scam, eventually attempting to get your money or ID information.

Best Wishes BAPAA

Negara-negara lainnya yang terima Aupair dari Indonesia gw ga tau mana aja, jadi coba aja search sendiri di Google, kemana kalian inginnya.

Batas umur untuk menjadi Aupair adalah 18 hingga 25 tahun, bahkan beberapa bisa sampai dengan batas umur 27 tahun. Sayangnya proses pengajuan visa Aupair ke Jerman yang dulu mudah dan relativ cepat (ke negara lain ribet dan lama), sekarang semakin rumit karena calon Aupair diharuskan untuk menulis CV dan surat motivasi kenapa ingin Aupair. Terdengar sepele, cuma CV dan surat motivasi doang, tapi jangan salah, banyak yang gugur disini. Sebagai contohnya temen gw visanya ditolak karena "mata kuliah Teknik Perikanan dan Perairan tidak berhubungan dengan Aupair" atau satu lagi ditolak dengan alasan "pekerjaan di Cafe tidak ada hubungannya dengan melakukan Aupair". Temen gw yang lain disurat motivasi nulis "setelah Aupair ingin melanjutkan studi di Jerman" dan visanya ditolak dengan alasan "setelah masa Aupair selesai maka eks-Aupair harus pulang dan jika berniat untuk melanjutkan studi maka sudah ada rencana untuk tidak kembali ke Indonesia", tapi temen yang lainnya lagi pakai alasan tersebut, lancar-lancar aja visanya. Jadi, berdoa yang kenceng.

Walaupun kalian dianggap anggota keluarga disini, tidak menutup kemungkinan bahwa kalian akan kena amukan Gastfamilie karena "kesalahan" yang kalian perbuat. Mungkin menurut kalian apa yang kalian lakukan itu tidak "fatal" tapi belum tentu menurut Gastfamilie kalian. Bulan kemaren, kenalan gw di Facebook yang jadi Aupair udah 6 apa 7 orang yang diberhentikan oleh keluarganya, dan dikasih dua minggu untuk menemukan keluarga baru, jika tidak maka harus kembali ke Indonesia. Ada nih temen gw yang kena damprat keluarganya karena menyalakan pemanas ruangan dengan batas maksimum sedangkan salah satu jendela terbuka. Cuma satu padahal, tapi dimarahin abiss-abisan seolah-olah dia abis goreng kucing tetangga. Setiap keluarga punya aturan yang harus ditaati oleh semua anggota keluarganya dengan tanpa terkecuali.

Hhhhhmmmm... Apalagi ya? Ntar deh gw bikin part 2 nya, ini udah kepanjangan soalnya :D

Peraturan Mencari Jodoh Ala Orang Jerman :p

Entah apa mulanya, tiba-tiba kemarin jadi ngobrol panjang lebar di WhatsApp sama si Babeh a.k.a Gastvater gw. Hal ini nih yang bikin gw dulu sering diomeli si Bocah karena si Babeh banyak banget ngajak ngobrol gw yang menurut si Bocah itu adalah sesuatu hal yang ga adil buat dia karena mengurangi jatah jam bermain kami :D Sampai mungkin saking keselnya si Bocah sampai ngomong ke si Babeh "Dia itu Aupair aku, sana kamu pasang lagi iklan dan cari Aupair khusus untuk kamu", kan sinting ya.

Ditengah-tengah obrolan kami kemarin, tiba-tiba melenceng ke yang namanya True Love, jodoh dan cinta. Maklum, selain sebagai Aupair gw juga dulu sampingannya sebagai tong sampahnya si Babeh, alias tukang dengerin curhatannya dia. Mulai dari curhat naek jabatan di kantor sampai curhat kalau dia baru di putusin cewek.

Si Babeh bilang, di Jerman ada aturan kalau orang mau menjalin hubungan. Gini katanya:

"Es gibt eine Regel, das Alter des Mannes geteilt durch 2 plus 7. Das ist das mindestens alter für die Frau. Wenn der Abstand größer ist, klappt es nicht aber wenn kleiner ist dann egal"

Yang artinya umur si laki-laki, dibagi dua lalu ditambahkan tujuh. Itu batas umur perempuannya. Kalau rentang umurnya terlalu jauh biasanya ga berhasil tapi kalau makin sedikit maka ga masalah. Kurang lebih dia bilang gitu.

Jadi, kalau laki-laki umurnya 29 dibagi dua lalu plus tujuh sama dengan 21,5 (tahun), maka seharusnya jangan mencoba untuk pacaran dengan yang berumur 19 tahun. Menurut aturan tersebut, katanya mantan pacar si Babeh itu terlalu muda buat dia hahaha nah kan dia curhat :D

Tapi tentu aja, don't take it seriously, just for fun boleh juga tapi kalau dipikir ada benernya sih, rentang umur yang terlalu jauh biasanya bikin orang jadi ga nyambung. Semisal yang lahir tahun 90-an mungkin suka sama Britney, Nirvana, Alanis Morissette, Sinead O'Connor sedangkan yang lahir belakangan malah demen dengerin "Sakitnya Tuh Disini" punya Cita Citata sambil goyang-goyang megang botol Baygon -_-
Ya jelas ga nyambung.

Thursday 11 December 2014

My 1st Trip: Oktoberfest München


Buat gw yang selama di Indonesia jarang melakukan perjalanan dengan alasan ga diijinin mama, suka nyasar dan macet, selama di Jerman gw justru malah jadi seneng banget jalan-jalan. Banyak yang tanya selama disini gw udah kemana aja, well sebenernya buat ukuran orang yang udah dua tahun tinggal di Jerman, gw terhitung orang yang jarang jalan-jalan. Mungkin orang bilang gw bukan Wandervögel sejati, tapi setidaknya gw punya pengalaman yang ga akan pernah gw sesali.

Kalau ada babu baru (gw selalu bilang babu, karena orang sini ga ngerti babu artinya apa) yang gw kenal, gw selalu tanya mereka udah main kemana aja. Jawaban yang gw dapet hampir seragam "Belum kemana-mana mbak, ongkosnya mahal dan aku takut nyasar". Dang, gw benci banget dipanggil mbak -_-
Setiap kali ada yang bilang kayak begitu, ingatan gw selalu melayang ke tahun 2012 tepatnya bulan September tanggal 18.

Temen gw, namanya Wahyu, ngajak gw yang saat itu notabene baru datang ke Jerman tanggal 16 September untuk ikut ke München nonton pembukaan Oktoberfest (22/09). Gw langsung bingung antara pengen dan heran, namanya Oktoberfest kok bukanya September? Terlebih itu hari sabtu dan gw baru aja nyampe dua hari lalu, tapi gw ingin kesana. Gw putusin untuk ngomong sama babeh.


Banner Münchner Oktoberfest 

Saat itu gw lagi di dapur berdua sama babeh, dia sengaja ambil cuti dua hari supaya bisa tunjukin gw macem-macem.

Babeh: "Temen lo yang jemput itu siapa namanya? Wanu? Ngapain dia disini lo bilang? Petsitter?"
Gw: "Wahyu. Iya, dia petsitter karena udah ga ada anak kecil lagi di keluarga itu"
Babeh; "Terus Wahyu ada hubungi lo?"
Gw: "Ada"
Babeh: "Sag mal, dia tanya apa, gw penasaran"
Gw: #kepojuganihbulepikirgwsambilnengadahkarenasumpahdiatinggibanget "Dia ngajak gw ke Oktoberfest. Itu apa?"
Babeh: #dengansemangatlangsungngejelasin "Gw belum pernah tuh seumur-umur ke Oktoberfest di München"
Gw: "Apa itu ga aneh? Lo aja yang berojol di Jerman sampai sekarang belum pernah ke Oktoberfest, apalagi gw yang cuma setaun disini"
Babeh: "Lo mau kesana? Itu kesempatan langka, sana pergi!"
Gw: "Serius gw boleh pergi? Gw mau tanya itu sebenernya tapi kalau gw pergi, gw harus cabut dari sini Jumat karena gw harus ke Frankfurt dulu ke tempat Wahyu"
Babeh: "Hhhhmmm, itu berat. Jumat itu gw kerja, gw ga bisa antar lo ke Frankfurt, gw khawatir lo harus pergi sendiri"
Gw: "Terus bocah gimana?"
Babeh: "Alah gampang, dia bisa pergi ke emaknya atau ke temennya abis pulang sekolah, pokoknya lo harus pergi dan utang cerita sama gw gimana nanti disana"

Dapat lampu hijau dari babeh, gw langsung ngibrit ke kamar dan langsung kontak Wahyu. Saat itu juga kami cari tahu pakai apa nanti gw kesana. Gw disarankan pakai Schönes Wochenende Ticket tapi gw langsung bantah karena SWT berlaku mulai hari Sabtu jam 00.00, kalau pakai tiket biasa mahal soalnya. Akhirnya kami putuskan bahwa gw ke Frankfurt pakai Mitfahrgelegenheit sejenis nebeng gitu dan share cost. Ok sip, harganya 10 € dan itu murah.

Setelah gw SMS si Fahrer nya, akhirnya ditentukan tempat ketemuannya di Burger King Parkplatz depan Hauptbahnhof. Gw bingung, ke kotanya gw pake apa tapi syukurnya Putzfrau babeh - Frau Hui - mau nunjukin gw dimana Haltestelle nya dan nanti gw pakai Bus ke Trier. Ongkos Bus saat itu 3,75 € dan singkat cerita gw udah sampai di Frankfurt jam 16.00 dan kami akan berangkat ke München besok subuh pakai kereta yang jam 04.40 dan sampai di München siang.


Rombongan kami saat itu - plus Wahyu yang motret

Besoknya kami yang dibagi kedalam dua grup (10 orang dan satu grup lima orang) beli yang namanya Schönes Wochenende Ticket yang saat itu harganya 41 € dan dibagi lima jadi masing-masing bayar 8, 20 €. Tiket SWT ini cuma bisa dipakai pas akhir pekan (berlaku dari jam 00.00 hari Sabtu sampai dengan jam 03.00 hari Minggu. Kalau beli Minggu berarti berlaku sampai Senin jam 03.00 MEZ) dan bisa dipakai di seluruh Jerman dan beberapa negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Jerman.

Sesampainya di München, kami nunggu rombongan lain dari Konstanz dan total saat itu 23 orang. Ini bener-bener membuat stress, ga lagi-lagi jalan-jalan dengan jumlah orang sebanyak ini. Setelah orangnya lengkap semua, kami langsung menuju venue dilangsungkannya Oktoberfest, kesannya padat, basah dan dingin karena saat itu München diguyur hujan. Setelah puas keliling, kami pun pergi jalan-jalan di pusat kota lalu pergi ke Allianz Arena dan malam harinya pergi ke BMW Arena.


Pakaian tradisional Oktoberfest- Lederhose
Besoknya sebelum pulang kami menyempatkan diri dulu untuk nonton Parade Oktoberfest.


Lalu kami pulang dengan beli tiket SWT yang baru karena yang kemarin dibeli udah ga berlaku hahaha. Perjalanan sejauh itu gw hanya mengeluarkan ongkos 30,10 € dan itu murah banget. Jangan sekali-kali konversi Euro ke Rupiah, disini kami pendapatan dalam Euro jadi hitung sesuai dengan kurs yang berlaku. Kalau apa-apa selalu di konversi ke Rupiah, bisa ga kemana-kemana nantinya.








 


 


 

 

Suasana Oktoberfest saat itu

Gw yang baru lima hari di Jerman udah pergi ke München sendiri dan dengan ongkos yang murah, babeh selalu cerita hal itu ke semua temennya dengan bangga -_- Dia bangga tapi gw yang malu.
Gw nyampe Schweich lagi jam 23.30 dan bersyukur banget babeh nawarin jemput gw ke stasiun :D cuma sayangnya utang ceritanya ke babeh di pending sampai tiga minggu karena gw tonsilitis :p


Kosakata:

Wandervögel: orang yang hobi jalan-jalan
Sag mal: coba bilang
Parkplatz: tempat parkir
Hauptbahnhof: stasiun utama
Putzfrau: perempuan yang suka beres-beres rumah dan dibayar
MEZ: Mitteleuropäische Zeit atau waktu bagian eropa tengah



Pesanan Bakso Babeh

Hari minggu kemarin tiba-tiba babeh ngwhatsapp gw dan tanya barangkali hari itu gw ada Lust buat datang dan ketemu mereka. Gw yang saat itu baru aja bangun, langsung ke ingetan bahwa gw emang butuh mikser buat menghaluskan daging ikan karena rencananya gw mau bikim empek-empek. Langsung aja gw tanya apa gw boleh pinjem mikser sama wajan sekalian karena gw mau masak. Babeh tiba-tiba jawab:

Ja, natürlich. Ich leihe dir sie aus. Du kannst auch hier kochen und wir können ja auch zusammen essen. Ich möchte Fleißbällchen und Glasnudeln wieder haben, Vitri. 

Gubrag... Si babeh pengen bakso dong sama bihun. Jadi inget waktu perburuan calon babu pengganti, si babeh bilang kalau nanti pengganti gw harus bisa bikin bakso juga karena itu penganan wajib keluarga ini. Kan lucu ya makanan wajib di rumah bule bakso sama bihun plus sayur mayurnya dan dulu gw harus bikin bakso tiap seminggu sekali, sama bulgogi juga mereka suka.


Menu malam itu adalah bakso :D

Dipikir-pikir kangen juga masa-masa Au-Pair dulu, bisa bebas makan apa aja yang gw mau, bisa bikin apa yang gw ingin. Tinggal nulis apa yang gw butuhin di kertas terus sodorin babeh, langsung deh belanja. Babeh kemarin ngeluh, "selama kamu ga ada - dari Juli tanggal 8 sampai kemarin minggu tanggal 8 - aku udah turun berat badan 7 kilo". Kasian juga kalau di pikir-pikir ya.

Ternyata bukan cuma orang Indonesia aja yang seneng bakso, bule juga suka rupanya hahaha...





Wednesday 10 December 2014

Lass mich bitte nicht im Stich..

Hari Kamis

beep - beep 

X: Bisa tolong transfer ga segini-segini untuk ini dan itu tapi nanti di cek dulu barangkali uangnya cukup.
Gw: Ok, kabarin aja kalau emang harus transfer.

***

Hari Selasa

beep - beep

X: Udah transfer?
Gw: Ke siapa?
X: Ke gw!
Gw: Belum. Lo ga ngasih kabar jadi duitnya gw pake.
X: #iconmewek

***

(Juga) Hari Selasa

beep - beep

X: Gw besok kesana dan nginep di lo boleh? Gw datang sekitar jam 12 atau jam 13.
Gw: Jam segitu gw ga ada di rumah.
X: #bacadoangtapigabales
Gw: Oh ga jadi. Ok

***

Hari Rabu

X: Lo dimana? Gw nyampe jam 15 an.
Gw: (satu jam kemudian) Rumah.


Budaya PHP mungkin sudah biasa di Indonesia, menyebalkan memang tapi secara gak langsung trend PHP ini justru malah semakin banyak followernya dan jadi ajang lulu-lucuan dengan bilang "Anjrit, gw di PHP-in". Sayangnya budaya PHP ini termasuk budaya yang sangat gw benci dan tentu juga dibenci oleh siapa pun termasuk si tukang PHP nya sendiri, iya ga sih?

Kalau lo termasuk orang yang kerjaannya ngePHPin orang lain, jangan harap lo bakal diundang sama orang Jerman, karena undangan di Jerman itu mengharuskan orang yang diundang untuk langsung memberi kabar apa dia bisa datang atau tidak. Selain itu budaya Jerman yang sangat menghargai waktu ga bisa sejalan dengan mereka yang punya titel tukang PHP. PHP di jerman itu namanya "sich im Stich lassen" atau dalam bahasa Indonesia membiarkan terkatung-katung :p

Dua tahun hidup dengan orang Jerman membuat gw terbiasa dengan budaya disini yang selalu menghargai waktu. Mau nginep di temen, buka kalender. Mau ada temen datang dan nginep, buka kalender. Sampai waktu lelang di Ebay juga dicatet semuanya di kalender. Kalau tiba-tiba ada yang bilang mau datang dan lo sebelumnya udah ada rencana dan tiba-tiba ngebatalin tapi ga ada kabar dari tukang PHP dan akhirnya lo mutusin untuk pergi dan tiba-tiba lo dapet pesen bahwa dia lagi di jalan menuju tempat lo. Keren banget kan skenarionya? Rasanya udah bukan kayak terbang ke awan lalu berenang sama lumba-lumba pink lagi, tapi pengen banget gw ngelancarin jurus tendangan memutar atau tendangan mataharinya Kotaro Minami kalau kejadiannya kayak gitu.

Bitte, lass mich nicht im Stich, that's not funny you know, like pain in the a*s!!!

Gw yang tiba-tiba beken -_-

Hari ini ada acara tukeran kado natal di kampus, gw sebenernya ga merayakan tapi gw termasuk salah satu partisipan dari acara ini, niatnya sih cuma tahaddu tahabbu ,,Saling memberi hadiahlah niscaya kalian akan saling mengasihi". Sayangnya orang yang harus ngasih gw hadiah, tadi dia absen. Gw ga tau siapa orangnya karena si pemberi dan yang memberi itu dirahasiakan, cuma si Nana - cewek Rusia yang gw kasih kado - tahu kalau kado itu gw yang kasih karena gw datang telat karena kelamaan nyari kelas.

Jihan yang duduk di samping gw malah sibuk nyodorin kadonya ge gw, gw chill aja, pasti ada kado lain yang akan gw terima. Gak lama hp gw kelap-kelip biru, "wah Facebook nih" iseng-iseng gw buka karena materi belum di mulai juga. Ternyata hasil ngobrol-ngobrol minggu kemaren sama Bilo hari ini published, untuk kedua kalinya muka gw naik cetak di media :D

Jadi inget Agustus lalu, disaat muka gw juga sama-sama dimuat di media, mama langsung menghilang seketika, padahal itu malem-malem, lama kemudian dia datang lagi sambil bawa koran hari itu. Ya ampun, ternyata dia keliling nyari koran cuma buat liat gw disitu :'(

Mungkin ini kado yang gw terima sebagai balasan atas kado yang yang gw kasih untuk Nana :) Ternyata tidak harus selalu berbentuk kado, kadang bentuknya adalah ketenaran hahahahaha.

Friday 5 December 2014

Aupair: Apa sih kerjaan Aupair itu?

2012 kemarin gw sempet Aupair dan banyak temen yang tanya Aupair apaan, kerjanya apaan, sampai-sampai ga tahu gimana awalnya jadi banyak banget yang tanya apa ada keluarga yang lagi nyari Aupair juga sebaliknya, banyak yang tanya apa gw ada kenalan orang yang mau Aupair. Lama-lama gw buka agen aja kali ya :D

Mereka yang tanya gw, kebanyakan ga tau Aupair itu apa. Mereka tahunya tinggal di keluarga bule dan main sama anak. Mending mereka tahu kayak gini, gw dulu bahkan bengong tiap kali ada orang yang nyebut kata Aupair padahal pas jaman kuliah ada beberapa orang dari jurusan gw yang meniti karir sebagai Aupair, tapi sayangnya gw dulu ga menyerap informasi dengan baik.

Kalau ngutip dari Wikipedia sih artinya ini :

An au pair (plural: aux pairs) is a domestic assistant from a foreign country working for, and living as part of, a host family. Typically, aux pairs take on a share of the family's responsibility for childcare as well as some housework, and receive a monetary allowance for personal use.

Jadi Aupair adalah asisten rumah tangga dari negara lain yang bekerja dan tinggal sebagai bagian dari anggota keluarga. Umumnya, Aupair mendapat bagian tanggung jawab atas tugas rumah tangga dan juga anak serta mendapatkan uang bulanan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi.

Menurut definisi di atas jadi Aupair itu ga cuma main sama anak, tapi juga ngerjain pekerjaan rumah tangga seperti buang sampah ke luar, beresin piring bekas makan dan juga nyuci piring, ngeberesin piring dari mesin cuci, nata piring di meja makan, atau yang agak beratnya nyedot debu, ngepel, ngelap-ngelap perabotan, sesuai kesepakatan sama keluarganya tentunya. 

Kalau ada yang mikir kerjaan Aupair itu cuma berkecimpung sama anak itu jelas kurang tepat. Kalau ada yang berpikiran seperti itu, pasti pas datang ke keluarganya nanti kaget, "kok disuruh beres-beres, katanya cuma jaga anak?". Cuma jangan salah, jaga anak disini ga sama dengan jaga anak di Indonesia yang anaknya bisa diajakin nonton telenovela bareng sama Nanny nya. Anak-anak di Jerman sebagian besar sudah mulai dibiasakan untuk berdiskusi dan bebas bertanya apapun yang mereka mau. Mereka juga diharuskan untuk mengemukakan pendapat mereka, jadi kalau anak ngerasa bosan dia pasti bilang, kalau ga mau anak pasti akan nolak dan ga akan manut-manut aja seperti anak di Indonesia kebanyakan. Maka dari itu Aupair dituntut untuk memiliki "jiwa anak-anak" yang tahu kiranya anak akan seneng main apa. 

Aupair selain jadi temen main anak, juga sebagai mentor, yang ngajarin anak apa yang baik dan ga baik. Sebagian keluarga ada yang melarang keras Aupairnya untuk ikut menegur anak kalau anak salah, urusan orang tua katanya tapi ada juga yang dengan tangan terbuka menerima metode didikan baru dan diterapkan kepada anak karena ya seperti kita tahu semua orang bisa dan tahu cara mendidik anak, kecuali mereka yang punya anak :D

Menurut gw bisa punya pengalaman Aupair itu menyenangkan banget, karena bisa tahu gimana rasanya ngurus anak dan ngurus rumah sekaligus. Inget kesitu jadi makin nambah rasa cinta sama nyokap di rumah, iya gak sih? Kerasa banget repotnya masak sedangkan anak bentar-bentar teriak karena minta pindah chanel tv, sedangkan jam makan tinggal sebentar lagi. Ngeliat meja makan belum di tata, masakan yang harus di aduk sebentar-sebentar, anak yang teriak minta pindah chanel terus minta ambilin minum, di depan bel bunyi ada tetangga yang ngasih titipan paket, kebayang kan kayak gimana? Inget itu gw suka keingetan sama game Nanny Mania, dimana si Nanny lari sana sini mungutin baju yang berceceran di lantai terus masukin ke mesin cuci, si baby nangis minta ganti popok, terus emaknya di dapur minta dipanasin makanan, ayahnya datang masuk rumah pake sepatu berlumpur dan harus ngepel pokoknya aaarrrghhhhhhhhh.. Tapi kalau task dalam sehari bisa diselesaikan, rasanya seneng banget apalagi kalau nilainya expert. Nah kurang lebih gitu Aupair juga, tapi tenang aja, Aupair bukan game Nanny Mania yang makin hari tugasnya makin banyak, Aupair itu kerjanya setengah fleksibel, kadang satu hari full kesana kesini dan kadang di hari lain bingung mau ngerjain apa sampai ngupil aja pake acara ganti-ganti jari saking ga ada kerjaannya.

Satu hal yang penting, Aupair sebaiknya bisa masak karena kadang Aupair cuma ditinggal sama anak tanpa ada yang masakin. Mungkin sekali dua kali makan makanan cepet jadi itu asik juga atau mesen di restaurant cuma lama-lama enek juga. Cuma ga usah khawatir, orang jerman masak ga pake tujuh bumbu rahasia ala orang Indonesia kok. Rebus pasta terus udahnya di aduk pakai tumisan bawang putih plus minyak zaitun dan di atasnya dikasih taburan keju itu udah bagus banget. Atau kalau ga rebus kentang, sayur dan goreng sosis itu juga udah cukup. 

Ada kalanya Aupair harus tinggal di rumah cuma sama anak, berarti Aupair harus bawa anak untuk tidur. Stop segala aktivitasnya, bawa ke kamar mandi, ganti bajunya lalu bacain cerita atau bisa juga gantian anak yang bacain cerita untuk Aupairnya. Kalau sampai besoknya orang tuanya masih ga ada berarti harus siapin bekel untuk kesekolahnya, siapin sarapan, terus anterin ke sekolahnya. 
 
Nah jadi gimana? Mulai mikir untuk mundur jadi Aupair? Jangan dong..




Tuesday 2 December 2014

All begin with an A: Aupair

1. 12. 2014

Udah tiga kali Desember yang gw lalui di Jerman, Desember '12, Desember '13 dan sekarang Desember '14. Apa gw masih ada disini saat Desember '15 nanti? well, only heaven knows. Diantara semua musim, gw paling suka sama musim gugur, ya musim di antara bulan September sampai November, romantis menurut gw, karena dedaunan warna warni, ada yang kuning, kecoklatan bahkan sampai merah. Atau mungkin gw suka musim gugur karena perjalanan gw dimulai saat musim itu? Ya, 15. September 2012, gw pergi tinggalin keluarga gw untuk memulai abjad pertama gw yaitu A.

A untuk Aupair. Bisa dibilang semua berawal dari abjad A ini, dimana gw ngerasain tinggal dengan orang asing yang menjadikan gw bagian keluarga mereka dan begitupun sebaliknya. Gw ngambil keputusan ini diiringi tatapan ga rela dari mama gw, ga rela karena gw yang biasanya paling jauh pergi itu ke Jakarta itu pun ga lewat dua hari, sekarang harus pergi dan tinggal di Jerman selama 12 bulan tapi sayangnya sampai bulan ke 27 gw masih juga ada di benua biru.

Keinginan gw untuk Aupair bukan karena terinspirasi sama jurusan yang gw ambil (gw pernah kuliah ambil program bahasa Jerman) atau latah karena banyak temen ke luar negeri, bukan. Gw Aupair karena semata-semata gw males dan bosan abis lulus kuliah kalau langsung harus kerja. Gw kerja mulai dari bangku kuliah, jadi wajar di saat temen-temen gw bersemangat ikut interview sana sini, sedangkan gw malah mulai ngerasa bosan dan ingin memulai sesuatu yang baru.

Jujur, gw kuliah di jurusan bahasa Jerman karena gw salah isi kode jurusan, yang sebenernya gw ingin isi JP untuk bahasa Jepang, malah gw isi JR. Faktor salah jurusan membuat gw ga enjoy kuliah tapi ga bisa kalau harus cabut membuat gw kababayut, alias tidak berkembang dan tergusur bila dibandingkan temen-temen lain. Sampai akhirnya gw berhasil mencapai semester akhir dimana gw harus nyusun skripsi dan dapat dosen pembimbing yang aduhaaaaaiiiiiii. Saking aduhainya, gw harus rajin baca dan pahami buku-buku berbahasa Jerman yang tebelnya dua kilo yang biasanya selalu gw jadikan penutup mie instant cup disaat-saat menunggu tiga menit. Bukan cuma baca dan pahami tapi gw juga harus menganalisis bagian kalimat yang jadi subjek tugas akhir gw, disitulah gw mulai mencintai bahasa Jerman.

Saking cintanya, gw mulai buka buku pelajaran semester awal dan isi semua latihan-latihannya. Ga makan waktu satu bulan, semua materi semester 1 sampai 4 udah abis gw kerjain tapi gw masih juga dikejar yang namanya penasaran sampai satu hari gw liat papan pengumuman di mading jurusan bahwa ada satu keluarga yang nyari Aupair. Wtf, masang iklan babu kok di kampus?!? Itu yang ada di pikiran gw saat itu sampai akhirnya ada dua temen sekelas gw yang saat itu kuliahnya belum kelar, milih cuti dan jadi 'babu' ke Jerman.

Oh, ternyata namanya Aupair, bukan babu. Aupair itu pembantu, pembantu dalam artian sebenarnya loh ya bukan pembantu yang biasa di Indonesia di asumsikan bernama Inem, Ijah, Imas dan pakai seragam serta celemek dan seumur hidupnya didedikasikan di dapur untuk masak dan ngepel. Bukaaaaannnnn. Bukan itu. Pembantu disini adalah orang yang membantu :D ya karena Aupair harus membantu pekerjaan rumah tangga dari Host Family nya. Umumnya sih ngurus anak, tapi ada juga yang ngurus anjing, tapi seharusnya sih emang ngurus anak. Walaupun literally Aupair itu orang asing, tapi Aupair diperlakukan seperti anggota keluarga yang lain. Duduk satu meja, pergi nonton bareng, sama-sama makan es krim, berenang, main sepeda, dan lain-lain.

Gw waktu itu Aupair di keluarga single parent, ayah dan anak perempuannya umur delapan tahun. Gw diperlakukan layaknya anggota keluarga mereka, makan es bareng, pergi makan di restaurant, maen game tapi di sisi lain gw juga harus jagain anak perempuan itu kalau babehnya lagi ga ada. Gw juga masak untuk makan malam dan kadang juga makan siang. Seru banget tapi kadang juga ada saat-saat dimana gw ngerasa tinggal dengan orang asing, tapi bersyukur karena masalah yang gw hadapi ga pernah berlarut-larut.

Kerjaan gw pagi-pagi nyiapin bekel untuk si anak, roti dan buah atau kadang gw beli ke toko roti terdekat pakai sepeda kalau udah beres gw pergi ke tempat les. Sorenya gw jemput nih bocah dari sekolahnya terus main-main sebentar sebelum gw nyiapin makan malem. Abis makan malem kalau udara ga begitu dingin biasanya kita bertiga beli es krim, gw paling suka banget yang namanya Spaghetti Eis yang di atasnya ada Smarties. Malemnya gw nemenin anak itu mandi tapi ga tiap hari karena dia mandi cuma seminggu dua kali, atau nemenin gosok gigi, terus bacain cerita lalu beres deh kerjaan gw.


Ini kesukaan gw. Yuuummmm ^^


Gw ga pernah itung-itungan sama keluarga ini, jadi mereka juga ga pernah itungan sama gw dan entah gw beruntung apa sial saat gw ditawari untuk lanjut studi gw di Jerman. Bener-bener semuanya berawal dari A dan gw sekarang sedang dalam proses untuk bisa nyampe di hurup W, yaitu wisuda karena dulu gw berangkat kesini tanpa ngerasain yang namanya wisuda. Mudah-mudahan tahun 2015 ada rejeki gw untuk menuju hurup W itu, aamiin

Kerja Sambilan di Jerman (Part II): Kerja (Sebagian Gelap) di Sembilan Tempat yang Berbeda

Bulan-bulan pertama setelah aku keluar dari rumah Gastfamilie  merupakan bulan-bulan yang sulit banget buat aku. Gak hanya dari segi keuanga...