Friday 14 November 2014

Aupair: Cara bertahan hidup di Gastfamilie

Di jam-jam kosong kayak sekarang gini sering banget gw ngelamunin masa-masa gw dulu diperbudak bocah (baca: Aupair). Sekarang kerjaan gw ngerjain soal latihan yang ga pernah ada abisnya, kalau bosen belajar paling banter gw nonton film dengan alasan sortir film mana yang harus di hapus. Sedangkan beberapa bulan kebelakang jam segini waktunya gw nemenin si bocah mandi, gosok gigi atau bacain cerita sebelum tidur. Dua tahun gw berkutat dengan kesibukan kayak begituan, apa ga bosen kalau lo tanya? Jangankan bosen, ngingetnya aja gw udah pengen muntah karena hampir tiap hari kerjaan gw gitu-gitu melulu. Cuma ya namanya aja rejeki, datangnya ga selalu dalam bentuk malaikat bersayap, terkadang wujudnya ya itu derita perlahan dan membosankan.

Tapi yang bikin gw cukup shock, belum juga 30 hari, udah ada 4 sampai 5 orang kenalan gw yang bermasalah sama Gastfamilienya. Bisa dihitung jari Aupair yang bertahan dikeluarganya sampai lebih dari 1 tahun dan ga ada masalah. Gw, yang muak banget tiap kali anak-anak bilang bahwa gw ini the master of babu, mencoba meneliti dan menyimpulkan masalah apa sebenernya yang dihadapi junior gw dikeluarga barunya yang asing. Biasanya masalah besar tersebut cuma terdiri dari tiga yaitu komunikasi, kultur dan ego. Gw tulis komunikasi berdekatan sama kultur karena ini saling berhubungan.

Sebagai Aupair yang datang ke negara baru dan langsung jadi anak yang sebatang kara di negara yang entah punya RT apa nggak ini, jelas mengharapkan sosok keluarga yang bisa ngobain rasa kangen rumah, setidaknya bisa sedikit mengalihkan dari mewek berkepanjangan. Sedangkan Gastfamilie, mereka mengharapkan seseorang yang bisa get along dengan mereka, duduk semeja, ketawa bareng dan yang paling utama dibantu dalam mengurus anak dan rumah. Sebagai orang yang sama-sama asing, maka komunikasi sangat dianjurkan. Contohnya gw yang selalu ga keabisan topik aneh buat ngomong pernah nanya kenapa di Jerman semua orang makan pakai garpu sama pisau, termasuk makan nasi, kenapa ga pakai sendok. Dari situ mereka dan gw mulai ngobrol banyak, gw juga cerita kalau di Indonesia hampir semua orang makan pakai tangan kecuali makanan yang berkuah dimakannya pakai sendok -karena kalau ga pakai sendok namanya itu kobokan- dan itu juga pasangannya garpu, bukan pisau. Jadi GF (Gastfamilie) ga akan aneh kalau kalian makan pakai sendok, asal jangan langsung pakai tangan aja karena sebagian orang jijik ngeliatnya.

Contoh diatas udah ngewakilin tuh yang namanya komunikasi dan kultur, lantas hubungannya sama ego apa? Jelas ada. Kalau si Aupair selama lahir makan pakai tangan dan belum pernah makan pakai sendok, garpu apalagi pisau dan dia ngotot ingin makan pakai tangan karena dia udah kebiasaan begitu padahal udah tahu kalau sekeluarganya jijik ngeliatnya, mending stop makan pakai tangan dan mulai belajar makan pakai sendok, garpu atau pisau. Andere Länder andere Sitten, lain lubuk lain ikannya.

Atau ada contoh lainnya, kayak temennya temen gw yang tiap hari kerjanya selalu ingin cepet beres karena ingin belajar supaya bisa masuk universitas Jerman. Kalian jangan lupa bahwa jika kalian terlalu ngurusin ego untuk kuliah, bisa-bisa bukannya kalian kuliah di Jerman, yang ada malah kalian balik ke Indonesia. Boro-boro kuliah, aupair aja ga lulus. Ga mau kan kayak gitu? Karena selama Aupair, tugas utamanya itu jagain anak dan untuk belajar bahasa kan kalian dikasih kesempatan untuk les. Jangan cari-cari alesan les cuma seminggu 1x, dan kalau belajar setelah jam Aupair beres itu cape, kalau niat belajar pasti bakal dikejar.

Kalau ada masalah atau ada pekerjaan yang harus dilakuin diluar Vertrag dan kalian keberatan, harus bilang terus terang jangan diem aja berharap mereka ngerti sendiri. Ini Jerman, bukan Indonesia dan hentikan banyak basa-basi. Kalau kalian keberatan, bilang keberatan. Kalau butuh bantuan, bilang butuh. Jangan bilang ga butuh tapi sebenernya butuh banget. Disini orang ga akan maksa kalau kalian bilang nggak. Kamu mau makan? Nggak. Ok fine. Ga akan ada yang maksa-maksa kalian buat nyoba kayak di Indonesia walaupun kalian sebenernya ingin dipaksa, jangan harap. Kalau kalian ngerjain sesuatu dan selama itu ga ada keluar kalimat "Gw kerepotan dan butuh bantuan" maka kalian ga akan dapat bala bantuan.

Kalau ada yang ga beres coba komunikasikan langsung dengan keluarga daripada curhat di medsos pake bahasa Jerman dan apesnya di baca GF lalu langsung besoknya dikeluarkan. Atau ada masalah dan langsung inisiativ cari keluarga tanpa membicarakannya dulu dengan GF dan tahu-tahu GF kalian nemu iklan kalian di internet ya namanya cari mati. Datang tampak muka, pergi tampak punggung. Behave..

Itu sih sebenernya yang harus diperhatikan, jangan terus-terusan mikir take and give tapi give more and you will have more too. Kalau kalian perhitungan dalam kerja, dalam apapun, maka selamat sampai kapanpun hubungan kalian hanya sebatas Aupair dan majikan. Bukannya kalian Aupair berharap untuk mendapat jaminan kuliah nanti? Menjamin adalah urusan yang berat buat GF, karena dia mempertaruhkan segalanya disana. Mereka ga akan pernah menjamin kalian kalau kaliannya perhitungan dan tidak bisa dipercaya. So, you know now what to do, right?

Good luck.


Indonesian Habbit: Basa-basi?!? Ah, basi

Dulu pernah ada iklan salah satu produk rokok yang slogannya "Bukan basa-basi", ga tahu sekarang iklan itu masih ada atau ga. Kalau ngomong masalah basa-basi, disini gw udah jarang banget nemuin orang yang suka basa-basi, semuanya cepet, ringkas, padat. Guru gw di kelas pernah bilang, kalau ga salah surat resmi untuk walikota yang isinya tralala. Beliau bilang gini, "Satu hal yang harus kalian ingat dan catat baik-baik, tulis sesingkat mungkin. Ini surat resmi, bukan lomba nulis puisi, ga perlu di urai-urai indah segala macem. Mereka yang di negaranya dulu kebiasaan harus pakai basa-basi kalau ngomong atau nulis surat, disini lupakan, walikota orang sibuk, ga ada waktu buat baca uraian kata-kata indah dari semua orang".

Denger itu gw langsung nyengir kalau inget surat undangan di Indonesia yang sempet-sempetnya ngajak penerima undangan buat baca doa dulu :D Tapi ya namanya kebiasaan, walaupun aneh tetep aja susah diubahnya. Mungkin kebiasaan ini lah yang menjadikan basa-basi lazim digunakan oleh masyarakat Indonesia, alasannya beragam mulai dari takut dibilang ga tahu tatakrama, sombong atau apalah lain-lainnya dan alasan-alasan tersebut merujuk pada satu hal yaitu kesopanan.

Inget postingan gw kemarin-kemarin tentang pidato bahasa Inggris bapak presiden? Inget lah ya, karena di satu sosmed gw disemprot dan dibilang ga peka, maka gw dengerin lagi itu pidato beliau takutnya ada yang luput dari pendengaran gw. Ternyata sama aja, ga ada yang kelewat. Orang yang nyemprot gw bilang, kalau gw udah denger baik-baik isinya, pasti gw ngerasa miris tapi ternyata gw ga ngerasa gitu tuh, gue malah nyengir karena gw menyadari bahwa presiden Indonesia merupakan orang Indonesia tulen, ga ada yang salah sebenernya dengan isi pidatonya, yang salah mungkin karena beliau adalah presiden, wajar ya kalau presiden pasti ada pro dan kontra. Kalau dia orang biasa, paling pas ngomong gitu cuma dibilang "Alah apaan sih lo men, basa-basi banget, ngarti arti investasi aja kagak, sok-sokan ngajak buat invest".

Kenapa di atas gw bilang beliau adalah orang Indonesia tulen? Karena beliau dalam pidato tersebut melakukan apa yang biasanya orang Indonesia lakukan, basa-basi demi kesopanan, takut dibilang songong dan sebagainya. Gw bukan orang pro politik, gw hanya penonton yang mengamati sambil sekali-kali minum kopi, sedikit-sedik nyatat biar ada bahan buat dihujat, ga deh kalau yang ini. Jadi disini gw berpendapat netral. Gw juga bukan termasuk tipe orang yang langsung mudah termakan suatu berita dan lantas jadi berapi-api ketika gw membaca headline yang tulisannya "Jokowi mau jual Indonesia ke pengusaha asing" something like that.

Kita lihat beliau berpidato dimana, beliau berpidato di APEC yang panjangnya Asia-Pacific Economic Cooperation. Beliau disitu juga bilang bahwa beliau itu mantan pengusaha, apa sih yang ada dikepala pengusaha ketika dia ingin usahanya berkembang dan dalam waktu yang sama mendengar kata ekonomi. Jelas yang keluar adalah investasi, karena ekstensifikasi dan intensifikasi hanya diketahui oleh guru IPS. Seandainya presiden saat itu jadi pembicara di forum yang membahas mengenai pariwisata, mungkin dia akan bilang "Ayo datang ke Indonesia untuk liburan, banyak alam yang menarik yang masih asri" dan mungkin nanti langsung muncul headline tandingan "Presiden akan menjual kelestarian alam Indonesia pada pihak asing", mau sampai kapan? Apa mau kayak film itu tuh yang nyampe 8 season ga kelar-kelar?

Kalimat presiden tersebut langsung memancing opini publik yang sayangnya gampang banget kemakan aura negativ. "Oi, presiden bilang ke pengusana dunia di konferensi Beijing sana, buat investasi di Indonesia. Faaakkk, dia mau jual negara kita tercinta. Dia mau kalau rakyat Indonesia jadi tamu di rumah sendiri, blablabla". Jangan lupa, dia orang Indonesia yang mungkin masih menjunjung tinggi "basa-basi demi kesopanan". Makanya ilangin sih kebiasaan itu, makin banyak kata yang keluar justru makin banyak kemungkinan untuk terjadinya kesalah pahaman, apalagi di Indonesia ada saingannya Mario Teguh. Cuma bedanya Mario Teguh ngasih inspirasi nah kalau dia malah memprovokasi. Sayang lah kalau Indonesia harus saling serang di media sosial yang sayangnya bisa dibaca oleh seluruh umat di dunia dan di terjemahkan ke dalam bahasa apapun secara seketika.

Yuk, coba berfikir netral, expand your mind, and your heart...

Wednesday 12 November 2014

Indonesiaku sayang, Indonesiaku malang!!!

Sekarang gw lagi rajin baca koran yang muat kabar tentang Indonesia, ada aja tiap hari hal baru yang bikin gw senyum-senyum, emosi, sedih bahkan sampai mengerutkan kening saking ga ngerti karena beritanya ga penting banget tapi di muat di bagian rubrik populer, wtf.

Beberapa hari kebelakang di Indonesia orang-orang lagi santer ngeberitain Persib yang akhirnya bisa menang setelah 19 tahun kalah melulu, ngalahin move on nya Cinta vs Rangga kalau kata orang bilang. Atau ada juga kakek petelur yang usut punya usut itu telur bukan telur kakek tapi telur ayam dan yang baru-baru ini ramai dipuji dan dicaci yaitu video mengenai kristenisasi yang diunggah di Youtube. Cuma yang menggelitik gw untuk mengomentari bukan ketiga berita di atas, tapi berita mengenai pidato presiden Indonesia yang baru, Joko Widodo, di Beijing pada 10. 11 kemarin dalam rangka menghadiri Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).

Gw baca di salah satu artikel yang temen gw share ke Facebook, disitu disebut bahwa katanya Jokowi bahasa Inggrisnya ancur lebur berantakan dan memalukan sampai-sampai dua keponakan dari yang empunya artikel yang katanya les di LIA ngerasa malu dengernya. Segitu parahkah beliau dalam berbahasa Inggris?

Well, yang jelas gw sedih waktu gw baca komenan orang-orang di tautan artikel tersebut. Jujur, mental bangsa seperti itulah yang membuat negara kita, Indonesia, cuma masuk dalam G20 yang padahal sebenernya cukup disayangkan karena negara kita itu notabene adalah negara yang sangat kaya. Lantas apa hubungannya antara bahasa Inggris, mental pembully dan perekonomian? Jelas ada. Pernah denger kan kisah tentang pulau Solomon yang menebang pohon hanya dengan meneriakan kata kutukan? Kalau belum, bisa dibaca disini. Inti dari kisah yang terjadi di pulau Solomon itu adalah untuk mematikan potensi sesuatu, tidak dibutuhkan serangan fisik tetapi mental. Jika mental bangsa Indonesia dari sekarang sudah menjadi mental pencemooh, maka kita lihat bersama-sama 10 tahun kedepan yang tersisa di Indonesia hanya mereka yang berpikiran sempit dan senang mencemooh karena sisanya pada lari ke luar negeri dimana pikiran dan kemampuan mereka lebih di apresiasi di luar sana.

18 tahun lalu ketika gw masih duduk dibangku sekolahan, saat itu gw mulai sedikit-sedikit berbicara menggunakan kata-kata dalam bahasa Inggris dan Jepang. Tahu apa yang teman-teman gw bilang? "Lo ngomong bahasa Inggris apa kumur-kumur? Jelek banget, mending gw sekalian jelas-jelas ga bisa daripada lo yang ga bisa tapi sok-sokan ngomong bahasa Inggris". Gw yang saat itu masih duduk di bangku SD cuma bisa diam dan ga pernah lagi mau coba untuk ngomong pakai bahasa Inggris apalagi bahasa Jepang di depan orang lain. Ya, temen gw sudah membunuh karakter yang ada dalam diri gw. Gw cuma bisa latihan ngomong di depan cermin seolah-olah ada seseorang yang ngobrol dengan gw, atau baca buku bahasa Inggris dikencengin seolah-olah gw lagi ngobrol beneran, mana pakai intonasi segala. Sampai suatu hari mama dan nenek gw tahu apa yang terjadi sama gw karena tiap kali mereka suruh gw baca pake bahasa Inggris, gw malah ngibrit lari ke kamar.

Gw bersyukur dididik bener dalam keluarga, karena mama dan nenek gw saat itu ngajarin yang namanya kompetisi sehat dan mulai saat itu gw sangat mencintai yang namanya bahasa asing. Sekarang gw senyum kalau inget sama apa yang diucapin temen gw.

Seandainya gw ketemu dia, gw mau bilang gini "Lo bego banget, lo bangga karena lo tolol, ga ada kebisa dan ga mau nyoba" tapi ga deh, gw ga akan ngomong gitu. Justru gw berterimakasih sama dia karena berkat dia sekarang gw bisa terdampar di Jerman dan sudah tinggal disini selama 23 bulan. Apakah lantas gw yang udah 23 bulan tinggal di Jerman bisa lancar ngomong persis kayak orang Jerman tanpa melakukan kesalahan? Lo salah besar. Gw masih suka melakukan kesalahan dan orang Jerman juga demikian. Darimana gw tahu kalau ternyata mereka juga ngomongnya suka salah? Gw tinggal selama 22 bulan di keluarga Jerman dan selama itu gw mengobservasi tata cara mereka ngomong, intonasi, pelafalan hingga kesalahan-kesalahannya dan kalau mereka salah dalam segi tata bahasa, gw ga segan-segan untuk koreksi dan mereka juga seneng gw melakukan itu.

Gw selalu minder kalau orang Jerman bilang gw ngomongnya bagus, apa mereka nyindir? Gw selalu menanggapi bahwa bahasa gw belum bagus, gw masih harus sangat banyak belajar bahasa Jerman karena banyak yang gw belum pahami. Tapi kalian tau apa yang mereka bilang? "Ga usah khawatir, kami dididik untuk tidak menertawakan kesalahan yang dibuat oleh mereka yang sedang belajar karena itu akan membuat mereka kecewa dan memadamkan semangatnya. Kami juga mengakui bahwa bahasa kami susah dan satu hal yang harus kamu ingat, bahasa Jerman bukan bahasa kamu. Kami sudah senang jika orang asing mau mempelajarinya. Bahasa bukannya media untuk menyampaikan pesan? Jadi selama kami mengerti dan bisa berkomunikasi dengan kamu, apa yang harus kami permasalahkan?".

Selama disini gw banyak ngelakuin yang namanya analisis diri, apa mungkin bangsa Indonesia ga bisa maju secara optimal karena disebabkan oleh mental bangsa? Yang senang merendahkan kemampuan orang lain, yang hobi memberi kritik tapi anti jika sendirinya mendapat kritik, yang harus selalu menomor satukan gengsi supaya dihormati dan dipuji orang lain. Seandainya bangsa Indonesia bener-bener mengaplikasikan yang namanya Bhineka Tunggal Ika, ga akan terjadi kerusuhan dimana-mana. Seandainya orang Indonesia menerapkan toleransi yang dulu dipelajari di bangku SD, ga akan ada komentar-komentar menyakitkan mengenai agama seseorang karena bukankah kita mengenal yang namanya 'agamaku adalah agamaku, agamamu adalah agamamu'?

Ga usah menghina-hina orang lain karena dia ga lulus SMA. Ironinya, gw ngeliat para penghina tersebut menghina yang namanya seorang perempuan, seorang ibu dan menteri pertama Indonesia yang hanya mengantongi ijazah SMP menggunakan media yang dihasilkan oleh mereka yang drop out. Lo pikir yang bikin Facebook sekolah sampai ke negeri China? Lo pikir orang yang bikin laptop Apple mahal lo orang yang punya gelar berderet di belakang namanya? Gw bikin statement gini bukan karena gw setuju kalau pendidikan itu ga penting, justru gw sangat setuju kalau pendidikan itu penting, cuma ga usah lah sampai menghina pakai kata-kata kasar toh bahasa ga beli kok. Walaupun dia menuntut ilmu sampai gelarnya berderet-deret, kalau dia ngomong kasar dan tidak tahu tatakrama, maka sudah jelas kalau orang tersebut tidak berpendidikan, dia hanya belajar lebih lama dari orang lain. Respect: Learn it before you earn it. (Anthony Avila)

Pull yourself together people!!!

Kerudung vs Prancis

Kemarin salah seorang temen tanya gw satu pertanyaan yang cukup menggelitik sebenernya yaitu mengenai keramahan Perancis terhadap muslim terutama yang pake hijab dan dia tanya apa bener kalau di Perancis ga boleh pake hijab. Well, sebenernya gw ga tinggal disana tapi sedikitnya gw tahu apa yang terjadi.

Sepertinya kekhawatiran teman-teman perempuan yang berjilbab awalnya bisa jadi karena artikel ini. Sebagian yang membaca mungkin punya pikiran betapa beruntungnya perempuan tersebut punya suami kaya yang bisa membayar denda sehingga perempuan tersebut bisa bertahan dengan aqidahnya, tapi ga sedikit juga yang mungkin punya pikiran apakah sebaiknya dilepas saja kerudung atau hijab atau penutup kepala yang sekarang dikenakan jika akan datang ke negara di Eropa khususnya Prancis daripada bayar denda ya mending copot aja kerudungnya, gitu ga sih? Well, itu terserah kalian, you have your own choise and you're not a girl anymore.

Cuma satu yang harus gw garis bawahi disini, perempuan tersebut di denda karena mengenakan burga atau burka atau juga burqa, whatever. Burqa beda dengan kerudung atau bahkan penutup kepala, mungkin sebagian orang menyebutnya bukan burqa tapi niqab yang merupakan kain yang menutupi wajah yang biasa digunakan oleh beberapa wanita muslim, di Indonesia penutup tersebut dinamakan cadar.

Cadar tersebut yang di Prancis dan dibeberapa negara di Eropa disebut burqa dilarang keras di Perancis karena pemerintah Prancis menyebutnya sebagai salah bentuk ketidaksamarataan antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan wanita Prancis yang mengenakan burqa juga mempunyai pendapat sendiri mengenai peraturan pemerintah yang mulai diterapkan pada tahun 2011 ini, yaitu pengekangan kebebasan beragama juga kebebasan berpendapat dan berekspresi serta tidak menghargai privacy dari perempuan tersebut. Sampai saat ini kurang lebih sudah 2000 perempuan muslim Prancis yang dikenakan denda yang besarnya mulai dari kisaran 150 € dengan alasan karena mengenakan burqa.

Sebenarnya menurut pandangan Islam sendiri apakah burqa diperbolehkan, dianjurkan atau bahkan dilarang? Semua umat Islam tentu jika melakukan sesuatu dianjurkan untuk merujuk kepada Al-Qur'an dan Hadist dan aturan tersebut dimuat dalam Al-Qur'an pada surat An-Nur ayat 31 yang isinya “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak darinya”. Yang biasa nampak menurut pandangan para sahabat seperti Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan juga Aisyah ialah muka dan kedua tapak tangan.

Pada riwayat lain juga disebutkan yakni menurut sabda Rasulullah  kepada Asma’ binti Abu Bakar, “Wahai Asma’ sesungguhnya seorang wanita itu apabila telah baligh (haidh) maka tidak boleh baginya menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini, seraya menunjukkan wajah dan telapak tangannya” [HR Abu Dawud]

Jika berdasarkan pada dua hal tersebut di atas maka dalam Islam tidak ada aturan untuk mengenakan burqa. Gw sendiri dulu pas jaman masih ngampus pernah denger bahwa burqa tersebut merupakan bawaan dari jaman peradaban jahiliyyah, bener atau enggaknya only heaven knows karena gw belum pernah hidup di masa itu. Konon katanya, semakin tebal burqa yang dipakai maka semakin rendah derajat seorang wanita (budak) dan semakin tipis burqanya - biasanya yang benangnya terbuat dari emas atau sutra - maka semakin tinggi derajat seorang wanita. No offense.

Ok, stop dari membahas agama karena gw bukan pakarnya jadi balik lagi ke Prancis. Gw udah beberapa kali kesana dan semuanya gw kesana pake kerudung, apakah gw disergap polisi? Tidak. Apakah gw dikenakan denda karena berkerudung? Juga tidak karena gw juga cuma bawa duit 20 € doang hahaha. Temen gw juga cerita kalau dia belum pernah disergap polisi atau didenda karena berkerudung di Paris, Prancis. Dia jalan-jalan biasa sama kayak orang lainnya dan juga minta tolong dipotoin sama orang yang lewat karena dia ga punya tongsis. Disini dia ngerasa sedikit ada yang aneh, ada beberapa orang Prancis yang dia samperin untuk dimintain tolong ngibasin tangan di depan temen gw seolah temen gw ini lalat, sebagian ada juga yg cukup sopan dengan ga menghiraukan temen gw dan lebih memilih berjalan 'menembus' nya, temen gw mikir ini orang kenapa sampai akhirnya dia menemukan jawabannya di beberapa tempat disana, yaitu pengemis di Prancis sebagian besar berkerudung. Orang-orang itu nyangka temen gw pengemis ternyata -_-

So, yang mau ke Eropa dan berkerudung, pede aja. Yang mau pakai burqa juga silakan cuma efek samping mari kita tanggung masing-masing. Mau dilepas kerudungnya karena ga mau jadi orang minoritas juga silakan karena for your record di Eropa banyak yang berkerudung jadi kurang tepat kalau lo bilang ga mau jadi minoritas. Selama ini gw pakai kerudung ga pernah ada masalah, dapat perlakuan ga adil karena berkerudung sih pernah cuma ya selama tidak membahayakan kenapa harus dilepas :D
Lagian mau di Eropa atau di Indonesia juga banyak orang yang ngebeda-bedain perlakuan sama yang berkerudung. Sabar aja, brace your self, we live in the world where some woman are being paid to be naked, whilst other get fined for being covered.

Sunday 9 November 2014

Aturan Baru untuk Sprachstudent Visum

Tanggal 12 September 2014 kemaren hampir genap 2 tahun gw tinggal di Jerman. Berarti saatnya untuk mengajukan Aufenthaltserlaubnis yang baru (visa) dan dalam hati gw berdoa semoga kali ini gw mendapat perlakuan yang lebih baik, aamiin. Saat itu hari Jumat menjelang siang dan gw harus buru-buru karena gw saat itu kerja jam 13.00. Harus datang on time hari itu, karena boss gw kerjaannya nyureng melulu soalnya hampir tiap hari gw datang telat :D Harap jangan ditiru.

Gw langsung menuju kamar nomer lima karena disitulah semua visa pelajar asing diurus, sayangnya hari itu si petugas, Frau Warscheid namanya, lagi cuti liburan dan dialihkan gw ke kamar nomer satu, Frau Morschet. Gw ketuk pintunya dan gak lama kemudian gw dipersilahkan masuk lalu duduk. Gw ditanya apa keperluan gw dan gw bilang bahwa gw mau memperpanjang izin tinggal gw. Berikut percakapannya kurang lebih:

Gw (G), Frau Morschet (FM)

G : Gw mau memperpanjang izin tinggal gw.
FM: Anda bawa dokumennya)
G: (langsung nyodorin passpor sama surat keterangan dari tempat les. Surat keterangan dari kampus sengaja ga gw kasih)
FM: (ngetik sesuatu di komputernya lalu beliau mencicit - kurang lebih begitu karena suaranya pelan dan kecil tapi tinggi persis seperti burung pipit) anda pindahan dari Trier Kreis ya jadi saya belum bisa proses dulu data anda karena saya harus tunggu dulu dokumennya dikirim dari sana, tapi saya bisa isi dulu formulirnya untuk anda. (Seketika gw lemes waktu FM nyebut kalimat "Trier Kreis" karena gw punya pengalaman buruk disana) Anda sekarang les ya di Uni Trier, lalu apa Anda punya asuransi kesehatan?
G: (Nyodorin surat keterangan dari asuransi sekaligus surat jaminan dari keluarga waktu gw Aupair dulu)
FM: Ok, makasih, tapi saya masih butuh bukti finansial anda dari mana datangnya.
G: Gw dapet jaminan dari keluarga jerman dan itu keterangannya ada di tangan anda.
FM: oh super, mereka transfer uangnya atau gimana?
G: Ga, mereka kasih gw langsung tiap bulan (ini bohong banget karena gw nyari duit itu sendiri, keluarga Aupair gw kasih jaminan sehingga gw ga ditagih duit 8000 EURO!!! Itu duit semua men, ga mix sama daun)
FM: Ok, ini formulir data diri tolong di isi ya dan datang lagi minggu depan hari jumat, mudah-mudahan dokumennya sudah datang.
G: (Ngeloyor pergi sambil bilang makasih)


Jumat, 19 September 2014

Gw langsung datang ke kamar 1 dan ternyata FM ga ada sodara-sodara. Di pintunya ditulis bahwa tamu yang datang bisa masuk ke kamar 10 atau 11 dan gw memutuskan untuk masuk ke kamar nomer 11. Ada bapak-bapak disitu yang gw lupa siapa namanya tapi kita sebut aja Herr Keine Ahnung (HKA).

G: Hallo, minggu kemaren jumat gw datang ke kamar 1 buat perpanjangan visa tapi beliau sekarang ga ada lagi liburan. Gw disuruh datang lagi kesini karena dokumen dari Trier Kreis belum datang, sekalian ngasih ini formulir.
HKA: Bentar saya cek dulu. Oh iya belum datang, jadi datang lagi aja minggu depan ya.
G: Hari jumat lagi? Tapi minggu depan visa nya tinggal seminggu lagi, gapapa tuh?
HKA: Gapapa kok yang penting diperpanjang sebelum tanggal 30 September dan minggu depan bebas kamu bisa datang kapan aja kamu mau.
G: Ok, makasih, bye.


Rabu, 24 September 2014

Gw putusin datang hari rabu dan karena HKA lagi ada tamu jadi gw putusin masuk ke kamar 10, Frau Jungling (FJ).

G: (ngulang cerita dari awal lalu nyerahin formulir dan ga lama FJ keluar ruangan lalu balik bawa map dokumen gw)
FJ: Jadi anda mau les lagi ya? Bisa saya liat KTP anda dan paspor? (lalu gw serahin dan FJ lanjut ngomong) Anda tau kan kalau visa Sprachstudent hanya 18 bulan?
G: (pucat pasi karena gw tinggal punya waktu 6 bulan lagi) Iya.
FJ: Ok, kalau gitu saya kasih anda satu tahun ya, karena di Aufenthaltstitel (KTP) anda ini baru 6 bulan. Sampai September 2015 anda punya waktu untuk lulus DSH tapi jangan tunggu sampai waktunya habis ya :)


Alhamdulilah, ternyata Allah SWT itu emang ga tidur, Dia selalu tahu apa yang dibutuhkan hamba-Nya :D Setelah 1 tahun dapat perlakuan aneh dari Ausländerbehörde (selalu dapat visa cuma 6 bulan dan ini mahal banget) akhirnya kebayar juga hehehe. Terimakasih Yaa Allah dan juga Frau Wiersch, karena dia itu yang iseng selalu ngasih gw visa yang cuma 6 bulan dan itu mahal, padahal temen-temen yang lain dikasihnya 1 tahun bahkan ada juga yang lebih .

Ga kebayang kalau gw cuma dikasih visa 6 bulan, es wird aber zu knapp, ya gawe, ya les, ya persiapan ujian, aaarrrggghhhh. Soalnya yang gw tahu, kesempatan untuk jadi Sprachstudent (termasuk les bahasa jerman, les persiapan Studkol dan juga Studkolnya sendiri) itu 2 tahun lamanya, boleh kurang tapi ga bisa lebih. Kalau dalam 2 tahun belum juga lulus DSH, Test Daf, Studkol atau bahkan belum dapet tempat Studkol sama sekali, itu pertanda bahwa kalian mungkin akan pulang habis. Waktu jaman 2 tahun aja banyak yang pulang habis, apalagi sekarang yang cuma 18 bulan, bener-bener harus pintar bagi waktunya, karena serius ya, disini itu asik, waktu kadang kerasa banget lamanya cuma seringnya ya ga kerasa tiba-tiba aja udah harus pulang habis T-T itu temen gw yang bilang karena unfortunately dia harus pulang habis.

Saturday 8 November 2014

Studienkolleg, haruskah?

Banyak orang bilang kalau lulusan dari Indonesia harus ikut dulu yang namanya Studienkolleg selama dua semester kalau mau kuliah di Jerman, bener ga sih? Iya bener kok, cuma ga semua lulusan sekolah Indonesia harus ikut Studienkolleg. Hanya mereka yang belum pernah berkuliah minimal dua semester yang harus ikut Studienkolleg, mungkin karena sistem dan rentang waktu pendidikan antara Indonesia dan Jerman yang berbeda yang menjadi alasan diharuskannya untuk mengikuti Studkol. Di Jerman tingkat pendidikan setara SD sampai SMA diselesaikan dalam kurun waktu 13 tahun, sedangkan di Indonesia jenjang pendidikan tersebut hanya ditempuh selama 12 tahun. Mungkin untuk mengisi perbedaan satu tahun tersebut maka mereka yang belum pernah kuliah diharuskan untuk menggenapkan pendidikannya sesuai dengan di Jerman yaitu menjadi 13 tahun, sepertinya karena alasan inilah banyak yang bilang bahwa Studkol yaitu kelas penyetaraan. Untuk mengetahui apakah seseorang diharuskan mengikuti Studkol atau tidak, maka bisa di cek di Anabin.


Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan sebelum kalian mengikuti Studkol, yaitu:

  • Buktikan bahwa nilai kelulusan kalian memang layak dan diakui untuk melanjutkan sekolah di Jerman.  Umumnya jika kalian bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di negara asal kalian, maka teknisnya kalian juga bisa untuk melanjutkan studi di Jerman.
  • Buktikan juga apakah kalian bisa langsung melanjutkan studi ataukah harus mengikuti Studkol dahulu. Caranya ya itu tadi dengan mengeceknya di Anabin.Apabila ternyata sekolah kalian tidak terdaftar dalam Anabin, jangan dulu berkecil hati, mungkin saja daftar tersebut ga update karena sekolah kalian baru saja mengikuti akreditasi, maka yang harus kalian lakukan yaitu menghubungi kontak ini, bisa melalui telpon ataupun email.

Daftar lulusan SMA di Indonesia berdasarkan tahun menurut Anabin.


IPA (Naturwissenschaft)


IPS (Sozialwissenschaft)



Bahasa (Sprachwissenschaft)


  • Tanyakan pada instutut Studkol pilihan kalian, berkas-berkas apa saja yang kalian perlukan untuk mendaftarkan diri kalian untuk mengikuti Studkol. Ini penting karena kelengkapan dokumen yang diminta oleh setiap institusi biasanya berbeda. Jika dokumen yang kalian serahkan tidak lengkap, maka pendaftran tidak dapat diproses.
  • Cek apakah kalian bisa mendaftar langsung melalui situs institut pilihan kalian ataukah harus melalui uni-assist.
  • Ajukan permohonan visa dengan tujuan untuk persiapan studi di kedutaan Jerman yang ada di Indonesia. Persiapkan jauh-jauh hari karena kalian diharuskan membuat termin terlebih dahulu.
  • Persiapkan diri kalian untuk mengikuti tes seleksi masuk Studkol. Materi yang diujiankan berbeda setiap institutnya. Di sebagian universitas ada yang menjadikan bahasa jerman dan matematika sebagai materi dalam ujian penerimaan, ada juga yang hanya menguji kemampuan bahasa jerman saja, biasanya dalam bentuk tes tertulis pilihan ganda atau mengisi teks yang kosong (Niveau B1 dan B2). Informasi tersebut bisa kalian dapat di situs Studkol.
  • Mengikuti ujian masuk Studkol. Di beberapa negara ada juga yang menyediakan ujian Studkol dan Studkol itu sendiri tanpa harus datang ke Jerman. Di Indonesia juga ada dan bisa dilihat disini.

Jika kalian lulus dalam ujian masuk, maka kalian sudah siap untuk mengikuti Studkol selama satu sampai dua semester atau mungkin tiga dan jalan kalian untuk kuliah di Jerman sudah mulai terbuka. Jangan leha-leha dan menganggap enteng kalau sudah Studkol maka 100% bisa kuliah di Jerman, belum tentu karena diakhir Studkol kalian harus mengikuti satu ujian lagi yang namanya Feststellungsprüfung. Viel Erfolg...

Flixbus Erstattung bei Verspätungen - Bus telat, uang kembali

Buru-buru ngejar bus dan setelah sampai di halte bus, lega rasanya kalau tau bus belum datang. Cuma kalau tiba-tiba dapat SMS yang isinya bilang bahwa bus akan telat kurang lebih 180 menit, apa masih bisa tenang? Tiket udah dibeli, bus ga dateng, lah duit gw gimana? Mungkin kalau hal tersebut terjadi di Indonesia, pasti akan ada rasa waswas karena takut uang ga kembali, tapi disini ga ada yang kayak begitu. Kalau pihak bus sudah bilang akan diganti berarti ya diganti, kita cuma perlu isi formulirnya yang bisa di download disini.

Kita cuma perlu isi nama, alamat, nomer telpon dan email, informasi mengenai bus yang semula akan ditumpangi, serta nomor rekening dan kode banknya. Kalau formulir tersebut sudah di isi, maka dikirim via pos beserta dengan printou tiket dan juga kwitansi pembayaran ke alamat FlixBus khusus untuk service pelanggan:


FlixBus GmbH 
Kundenservice 
Sandstraße 3
80335 München


Besoknya pihak FlixBus akan menghubungi lewat email bahwa uang akan diproses, biasanya sih prosesnya biasanya memakan waktu kurang lebih dua sampai tiga minggu. Jika dalam tempo waktu dua sampai tiga minggu uang belum masuk ke rekening, pihak yang bersangkutan akan menghubungi customer melalui email atau pos. Jika lebih dari dua minggu uang belum masuk, biasanya terjadi kesalahan pada dokumen yang dikirim, umumnya karena kwitansi yang dikirim bukan yang asli melainkan kopiannya. Kopian dari kwitansi pembayaran yang asli meskipun terdapat stempel dan tandatangan instansi, tidak berlaku dalam proses refund baik itu untuk tiket maupun kwitansi pembayaran dari dokter. Jadi sebelum dikirim sebaiknya di cek ulang apakah dokumen yang akan dikirim tersebut original atau kopiannya. Jika dokumen yang dikirim ulang sudah sampai, maka akan diproses kembali selama 1 sampai dua minggu. Uang akan dikembalikan melalui nomor rekening yang tercantum sejumlah harga tiket yang dibeli. So, tenang aja, uang yang diterima ga akan kena potongan biaya administrasi, apalagi uang rokok :D

Bahn Streik - Demo, kereta susah dimana-mana

Derita anak kos yaitu menghemat uang sampai ke recehan dan sangat membuat emosi kalau buka lemari dan ga ada baju bersih karena semua belum dicuci karena niat mau irit duit. Sekali nyuci 2 €, dikali empat untuk nyuci baju putih, hitam dan warna serta pake mesin pengering karena malas harus jemur dan nyetrika, jadi total 8 €. Mending beli kebutuhan dapur seminggu kan daripada nyuci? Untuk mengakalinya maka tiap seminggu sekali gw pergi naek kereta ke provinsi tetangga, demi numpang nyuci dan makan makanan bergizi karena untuk pergi kesana gw ga perlu beli karcis kereta soalnya kartu mahasiswa gw bisa dipake untuk naek kereta sampai kesana. Apesnya buat gw, bulan ini perusahaan kereta jerman atau Deutsche Bahn udah demo sebanyak empat kali dalam sebulan, yang akibatnya kereta banyak yang ga beroperasi.


Jadwal kereta yang tidak beroperasi karena demo


Tanda merah diatas itu yang ada segitiga dan tanda serunya merupakan ciri kalau kereta tersebut ga beroperasi. HHhhhhhh, jadwal tersebut adalah jadwal gw besok buat ambil titipan dan titip lagi titipan buat orang rumah dan dia yang berulang tahun, padahal gw udah seneng eh ga taunya pas liat jadwal ternyata keretanya ga beroperasi :'(.


Informasi detail mengenai kereta yang tidak beroperasi



Cuma ga usah takut ga bisa pergi karena demo, karena pasti ada informasi yang diberikan dari pihak DB seperti kereta mana yang tidak beroperasi dan diganti menggunakan kereta yang mana. Infonya juga selalu update dan bisa di cek kapan pun kita mau di situsnya.


Jadwal kereta pengganti

Kalau beberapa tahun lalu mungkin jika ada demo akan berdampak besar ke masyarakat karena sistem transportasi saat itu benar-benar lumpuh, karena beberapa tahun kebelakang sistem transportasi dimonopoli oleh DB. Untungnya sekarang bermunculan armada transportasi lain yang bisa digunakan seperti contohnya meinfernbus, flixbus, deinbus, atau blablacar juga mitfahrgelegenheit dan harganya juga ga kalah bersaing bahkan banyak yang lebih murah.

Rajin-rajin update info ya teman kalau mau bepergian pas lagi banyak demo kayak gini. Safe drive...


DSH (Deutsche Sprachprüfung für den Hochschulzugang)

Wow, ternyata gw punya blog dan ternyata masih hidup sampai saat ini - kirain bakal mati kayak rekening yang tiga bulan ga dikasih makan. Hampir dua tahun ternyata dari kali terakhir gw nulis blog ini, banyak susah yang diumpetin, banyak senang yang sayangnya ga bisa dipamerin, kegagalan yang malu-maluin, kesuksesan yang bikin gw jadi disebelin, tawa yang bikin gw dikira gila dan lain sebagainya.

Iseng-iseng mulai nulis lagi setelah kemaren-kemaren terlibat dengan yang namanya DSH (Deutsche Sprachprüfung für den Hochschulzugang) yang emang bener-bener duuhhhh susah dan hese. Sesusah itukah? Iya. Iya susah kalau kalian ga belajar dan nulisnya lama kayak gw dan begonya ga tahu itu jam berapa, efek kebiasaan liat jam di HP jadi sekalinya HP dimatiin gagal deh ujiannya -_-".

Sebenernya kalian tahu ga sih apa itu DSH? Dari namanya mungkin bisa ditebak bahwa si DSH ini ujian bahasa Jerman untuk perguruan tinggi, gitu lah kira-kira terjemahan asalnya. Kalau ga ada si DSH ini, maka kalian ga bisa kuliah di Jerman. Doch, sebenernya bisa juga pake ujian bahasa lainnya cuma untuk kali ini kita stay aja di DSH based on judul. Ok lanjut..

DSH ini diselenggarakannya oleh beberapa Universitas dan Fachhochschule (sejenis sekolah tinggi keahlian) di Jerman yang biasanya diselenggarakan sekitar dua sampai lima kali dalam satu tahun. Level kesulitan bahasanya mulai dari B1 sampai dengan C1 dan yang paling banyak muncul yaitu 25% B2 dan sisanya C1. Materi yang diujiankan terdiri dari dua bagian yaitu ujian tulis dan ujian lisan, dimana ujian tulis memuat empat kompetensi yaitu Verstehen und Verarbeiten eines Hörtextes (Hörverstehen), Leseverstehen und wissenschaftssprachliche Stukturen, dan Vorgabenorientierte Textproduktion. 

Kita punya waktu sekitar 80 - 90 menit untuk mengerjakan Verstehen und Verarbeiten eines Hörtextes (Hörverstehen). Teksnya panjangnya kebangetan dan cuma dikasih dengar dua kali aja, dua kali, coba bayangin. Setelah denger satu kali, lalu dibagikan itu lembar isian atau soal atau kalau udah duluan dibagikan berarti saat itulah teks boleh dibalik. Baca soal-soalnya dan bikin poin-poin penambah di kertas coret-coretan kalian supaya nanti disaat poin tersebut dibacakan, kalian bisa dengan mudah menulis isinya walau dikenyataan sebenernya tetep aja susah. Setelah teks dua kali dibaca, maka waktu untuk mengerjakan soal-soal tersebut dimulai, sekitar 50 menit. Jadi 10 menit untuk teks pertama, 10 menit berikutnya untuk teks kedua dan 50 menit untuk mengerjakan soal.

Kalau 90 menit pertama sudah selesai maka pengawas dengan buasnya akan mengambil lembar jawaban kalian, jangan berharap dikasih belas kasihan yang ada kertasnya sobek karena situ rebutan kertas sama pengawas. Masuk bagian ujian kedua yaitu Leseverstehen und wissenschaftssprachliche Stukturen, yang isinya teks yang sangat panjang dan harus di isi soalnya yang biasanya terdiri dari pilihan ganda dan uraian atau sialnya uraian semua. Uraian tersebut isinya jangan sama persis plek kayak yang ada di teks, harus di ubah-ubah gitu kalau ga kalian ga akan dapat nilai. Jumlah soalnya biasanya lima sampai sepuluh soal untuk teks dan begitu pula untuk wissenschaftssprachliche Stukturen, jadi totalnya 20 dan kalian punya waktu untuk mengerjakan soal tersebut selama 90 menit. Pengalaman yang udah kemaren, biasanya 60 menit untuk ngerjain teks dan sisanya untuk wissenschaftssprachliche Stukturen.

Kompetensi terakhir yang diujiankan yaitu Vorgabenorientierte Textproduktion, dimana kalian harus menulis teks dari diagram, grafik, tabel atau gambar yang ada. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan bagian ini yaitu 60 menit dan biasanya teks yang ditulis kurang lebih harus terdiri atas 200 kata. Caranya bisa tahu itu 200 apa belum? Dihitung!!! Poin soalnya sih biasanya cuma tiga, yaitu: nulis judul dan sumber dari berita tersebut, apa yang menarik perhatian kalian disitu dan bagaimana kondisi tema tersebut dinegara asal kalian serta apa pendapat kalian dan bagaimana solusinya.

Dari ujian sampai pengumuman kelulusan biasanya berjarak satu atau dua hari mungkin juga tiga. Kalau kalian lulus maka kalian akan diundang untuk mengikuti die mündliche Prüfung atau tes lisan yang untungnya cuma 15 atau 20 menit sodara-sodara. Temanya sama seperti dalam Vorgabenorientierte Textproduktion cuma bedanya ini ga ditulis dan ga harus terdiri atas 200 kata. Yang kalian hadapi bukan lagi kertas dan pena melainkan manusia hidup, iya betul manusia dan dia hidup, karena di ujian tertentu yang kalian hadapi itu komputer yang bersuara. Cuma ga semua orang harus ikut ujian lisan, ada beberapa aspek yang membebaskan seseorang dari ujian lisan, yang pertama dia ga lulus dan yang kedua mungkin nilainya sangat bagus atau bisa juga karena dia ikut kursus disana dan pengujinya sudah tahu kemampuan lisan orang tersebut. Hanya penguji yang tahu.

Terus kalau DSH udah beres, apa bisa langsung diterima di universitas? Belum tentu karena nilai DSH kalian harus sesuai dengan ketentuan yakni DSH 2. Ada empat nilai sebenernya di DSH:
1. Ga lulus
2. DSH 1: kalau jumlah akumulasi dari ujian tulis dan lisan ga lebih dari 57% (Niveau B2 des GERR1)
3. DSH 2: ini udah bisa masuk universitas dan nilai DSH 2 ini didapat jika nilai ujian tulis dan lisan sekitar 67% (Niveau C1 des GERR)
4. DSH 3: yang ini keren banget, karena nilai akumulasinya 82% (Niveau C2 des GERR) 

Nah, mumpung masih ada waktu jadi belajar dari sekarang, latihan dengerin artikel sambil nulis poin pentingnya, baca koran lalu coba ambil kesimpulannya dan diskusi mengenai tema tersebut bisa lisan atau tulis, dan latihan gramatik karena gramatik yang keluar di DSH itu ga lebih dari 15 macem, kurang malah :D

Kalau mau cari info mengenai jadwal DSH bisa dibuka disini.

Na dann, viel Erfolg...





1GERR = Gemeinsamer europäischer Referenzrahmen.


Kerja Sambilan di Jerman (Part II): Kerja (Sebagian Gelap) di Sembilan Tempat yang Berbeda

Bulan-bulan pertama setelah aku keluar dari rumah Gastfamilie  merupakan bulan-bulan yang sulit banget buat aku. Gak hanya dari segi keuanga...