Tuesday 13 June 2017

Aupair: Kenapa Kamu Harus Ikutan Aupair?

Beberapa waktu lalu ada salah satu pembaca blog aku yang menghubungi lewat email dan dia nanya kenapa aku memutuskan untuk Aupair. Well, kalau ditanya alasan kenapa harus Aupair atau kenapa pengen Aupair, pasti semua orang kasih jawaban beda-beda tergantung visi misi orang tersebut apa, tapi satu hal yang mendasar banget buat aku dan yang jadi alasan utama untuk Aupair kali itu adalah pengen ngasih yang namanya "peringatan" buat seseorang yang jadi pacar aku kali itu, kalau aku ga selalu pengen ketemu dia dan itu bukan cuma bohongan doang.

Lebay kan ya tapi itu emang bener. Siapa yang ga bete coba kalau terus dikira pengen terus-terusan ketemu cuma dengan nanya "Hari ini kamu mau dateng atau nggak?", ambigu sih emang tapi kan kalian tahu lah dulu masih pake SMS, WhatsApp, Line dan sejenisnya belum ada. Eh, ditanggepinnya malah seolah-olah aku selalu ingin ketemu, menyebalkan.

Alesan lain untuk aku Aupair juga dilatarbelakangi dengan nulis skripsi. Aku pernah kuliah di jurusan bahasa Jerman, tapi aku masuk jurusan ini karena murni salah jurusan, well aku salah ngisi kode jurusan di formulir pendaftaran. Tadinya aku ingin kuliah bahasa Jepang eh malah bahasa Jerman yang aku isi, jadinya selama kuliah aku nggak semangat dan baru bener-bener belajar bahasa Jerman waktu nulis skripsi karena dosen pembimbingnya galak dan mau nggak mau aku harus berkutat dengan buku-buku bahasa Jerman yang saking tebelnya sambe bisa dipake buat ganjel pintu. Tapi jujur, setiap orang alasannya bisa macem-macem, tapi jika kamu udah memutuskan untuk melakukan sesuatu hal, nggak peduli alesannya apa kamu harus menjalani hal tersebut dengan sebaik-baiknya sampai akhir, nggak terkecuali. Sempet nyesel juga nggak belajar bahasa Jerman sungguh-sungguh waktu kuliah, tapi alhamdulillah aku dikasih kesempatan untuk belajar langsung di negaranya.

Sekarang kerasa banget manfaatnya Aupair, tahu kenapa?
1. Menguasai bahasa asing lebih cepat

Waktu pertama aku dateng ke Jerman dan Aupair, aku bener-bener bingung dengan bahasanya. Komunikasi pertama memang bahasa Inggris, tapi bahasa Inggris aku juga ga jago, jadinya ya komunikasi pake bahasa campuran, bahasa Inggris, campur bahasa Jerman, campur bahasa tubuh. Alhamdulillah aku bisa cas cis cus ngomong bahasa Jerman dalam hitungan bulan karena mau nggak mau bahasanya harus dipakai setiap hari.

2. Jago masak

Waktu sampai di Jerman aku sama sekali ga bisa masak, masih suka ketuker kalau masukin gula ke kopi yang dimasukin malah micin. Pas Aupair, aku ga dipaksa buat masak tapi lama-lama makan roti, pasta, pizza itu bisa bikin kamu kangen makanan Indonesia yang kaya akan rempah-rempah. Orang bilang tinggal beli ke restaurant Indonesia, tapi percaya deh masakan yang kamu beli disana itu nggak seenak kalau kamu bikin sendiri, feelingnya beda.

3. Jadi penyabar

Gimana ga sabar coba kalau tiap hari harus ngadepin anak Jerman yang aktifnya nggak ketulungan. Kadang anak-anak Jerman bisa lebih nakal dari anak-anak Indonesia yang nakal, kebayang kan kenapa kamu bisa jadi penyabar?

4. Jago beres-beres

Banyak Aupair yang juga kerja sambilan (secara gelap) jadi asisten rumah tangga demi nambah pundi-pundi tabungan buat dana jalan-jalan. Jadi, pilihan satu-satunya yaitu kerja sambilan jadi Putzfrau yang datang ke rumah-rumah setiap satu minggu sekali dengan jam kerja 2 sampe 4 jam sekali kerja. Untungnya rumah orang Jerman bersih-bersih, tapi ada juga yang ngga bersih dan hobinya bikin berantakan. Kalau rumahnya super berantakan, otak musti muter cepet, bikin strategi beres-beres yang super cepat tapi tetep bersih karena ya itu tadi harus selesai sesuai dengan jam yang udah ditentukan.

5. Jago bikin rencana jalan-jalan

Aupair kan liburnya cuma sabtu sama minggu, kadang cuma minggu aja yang libur dan sabtunya setengah hari, jadi kalau mau jalan-jalan itu harus mateng perencanaannya. Semakin mateng perencanaannya, semakin minim budget yang dikeluarkan. Ga percaya? Aku pernah jalan-jalan ke Swiss, Milan sama Venezia dengan total pengeluaran 175 € yang udah termasuk biaya transport (kereta, mobil tumpangan dan pesawat), penginapan dan makan. 

6. Punya kesempatan untuk lanjut kuliah di Jerman

Semua orang pasti punya kesempatan untuk kuliah di Jerman, tapi kalau ga punya biayanya gimana? Apalagi kuliah di Jerman butuh jaminan di rekening sebanyak 8000 €, kan banyak banget ya. Kalau awalnya datang ke Jerman dengan Aupair, kamu nggak perlu punya uang sebanyak itu karena Aupair biaya hidupnya ditanggung oleh keluarga yang menerima disini. Selama Aupair, kamu bisa tabungin uang yang kamu dapet untuk biaya kuliah, emang sih uang yang terkumpul jauh dari 8000 € tapi hey kamu harus bangga karena itu uang hasil keringat kamu sendiri. Apalagi kalau misalkan selama Aupair kamu dapet pemasukan tambahan dari Gastfamilie kamu kan itu lumayan banget. Kalau kamu baik terhadap Gastfamilie kamu, kamu bisa jadi termasuk ke dalam orang yang beruntung kalau ternyata mereka mau jadi sponsor kamu untuk kuliah di Jerman dengan memberi kamu Verpflichtungserklärung.

Masih banyak lagi alesan-alesan lainnya kenapa kamu harus Aupair, nanti deh aku sambung di postingan selanjutnya ya :)


Annerkennung Jurusan dan Universitas di Anabin

Minggu lalu aku dapet e-mail masuk dari salah seorang yang ga sengaja mampir ke blog ini, Hana namanya. Katanya saat ini dia sedang kuliah S1 dan pengen lanjutin kuliah S2-nya di Jerman, hanya saja dia ada sedikit problem yaitu hanya jurusan S1 dia saja yang terakreditasi di Anabin, sedangkan Universitas dimana dia kuliah S1 saat ini tidak ada di dalam list Anabin. Gini kurang lebih isi e-mailnya:


Saya mahasiswi S1 dan akan melanjutkan studi S2 di jerman (entah tahun berapa). Namun, saya bingung dengan urusan ANABIN. Jurusan saya sudah terakreditasi oleh ANABIN (Biologi) tapi universitas saya tidak ada ada di website. Pertanyaan saya adalah :
1. Apakah tidak apa-apa apabila saya mengurus ANABIN sekarang walaupun S2 saya, anggap saja 3 atau 4 tahun lagi ?
2. Langkah-langkah apa saja yang harus saya lakukan agar universitas saya sekarang terdaftar di ANABIN?


Pastinya bukan cuma Hana yang punya problem seperti ini, beberapa tahun lalu sahabat aku juga mengalami hal yang sama. Waktu Hana ngirim e-mail, aku langsung ngehubungi sahabatku ini dan nanya segala prosesnya, ternyata dia ini nggak jadi ngurus-ngurus Annerkennung ke Anabin karena jadinya daftar ke Universitas secara langsung, tidak melalui Uni-Assist. Beruntung, adik sahabatku ini ternyata daftar melalui Uni-Assist dan mau nggak mau harus mengurus Annerkennung ke Anabin. 

Ini langkah-langkah yang harus ditempuh kalau ternyata jurusan atau Universitas kamu di Indonesia tidak ada di dalam list Anabin (Thanks to Ijey yang udah ngasih info ini):
1. Kalian perlu tiga dokumen untuk bisa Annerkennung di Anabin, yaitu surat dari Universitas yang menerangkan bahwa jurusan telah terakreditasi oleh BAN-PT.
2. Kalian juga perlu surat dari BAN-PT yang menerangkan bahwa jurusan telah diakreditasi oleh pihak BAN-PT.
3. Sertifikat akreditasi dari BAN-PT, jadi keseluruhannya ada tiga dokumen dengan dua dokumen sebelumnya.
4. Surat-surat tersebut harus diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris atau bahasa Jerman.
5. Lalu surat-surat tersebut dikirim ke pihak Anabin.

Setelah semua dokumen yang dibutuhkan dikirim ke pihak Anabin, maka Anabin akan update list-nya dengan mencantumkan jurusan dan Universitas kalian. Mudah bukan? Tapi Ijey bilang prosesnya cukup lama, apalagi kalau mau bikin surat ke BAN-PT harus datang ke kantornya langsung. Jadi sebaiknya segala kelengkapannya diurus jauh-jauh hari supaya masih ada waktu untuk melengkapi kelengkapan dokumennya kalau ada dokumen yang masih kurang.

Jadi, semangat ya buat ya mau lanjut kuliah di Jerman, nggak usah khawatir lagi kalau ternyata jurusan dan Universitasnya belum terdaftar di Anabin, kan sekarang udah tahu gimana caranya 😇  

Kerja Sambilan di Jerman (Part II): Kerja (Sebagian Gelap) di Sembilan Tempat yang Berbeda

Bulan-bulan pertama setelah aku keluar dari rumah Gastfamilie  merupakan bulan-bulan yang sulit banget buat aku. Gak hanya dari segi keuanga...