Saturday 31 January 2015

Talking to you: Prüfungsangst, depresi karena mau ujian!!!

Tomorrows a new day, will we fight it?
Or will we be so cold.
And all I know is hope is found,
When you and I stand up, with courage now.
One day you'll find looking back on your life you will be proud Tonight you and me and I,


(Mike Tompkins - Stand Up)


Si samanta selalu kirim lirik lagu itu disaat gw lagi down atau ga pede sama apa yang akan gw hadepin, kayak sekarang contohnya. Sebenernya hari ini merupakan H-10 menuju TestDaF dan sepertinya gw ngerasain yang namanya Prüfungsangst. Kalau lagi kayak gini, kadang suka jadi mikir "kenap gw ada disini? kenapa dulu gw ga pulang aja? apa mending gw pulang aja ya?" dan pemikiran aneh-aneh lainnya.

Banyak yang bilang gw hebat karena ada di Jerman, kok bisa? Ada di Jerman ga bikin gw lantas jadi hebat. Mungkin bagi sebagian besar orang yang saat ini masih berada di tanah airnya, bosan dengan rutinitas harian, ingin jalan-jalan, terinspirasi atau sekedar 'panas' ngeliat foto orang lain yang kerjanya jalan-jalan ke luar negeri, mereka menganggap bisa ke luar negeri apalagi bisa tinggal disana itu cukup keren atau tak jarang malah keren banget. I tell you, living abroad doesn't instantly make you awesome...

Dibalik foto-foto yang ketawa di depan bangunan beken dunia, banyak tersimpan tidur yang kurang, makan makanan yang ga bergizi, cengengesan nahan perih lambung karena telat makan, tebel muka karena utang kanan kiri, makan sehari-hari makanan kemasan karena dapur gabungannya mengandung bau yang mematikan, dan lain-lain.

Jangan berpikiran semua mahasiswa yang kuliah di luar negeri itu kaya raya semua, yang kaya banyak, yang ga kayanya lebih banyak lagi. Buat yang berkecukupan mungkin giliran perpanjang visa tinggal telpon orang tua di rumah dan dalam beberapa hari problem solved. Bagi yang ga kaya, itu perjuangan yang betul-betul memeras air mata, hahaha. Kalau ga inget orang tua di rumah, yang selalu doain setiap hari, membanggakan anaknya kesana kesini dan berharap anaknya lebih dari mereka, rasanya ingin langsung ngepak koper dan cabut ke Indonesia walau situasinya disana lagi gonjang-ganjing, setidaknya berada di dekat orang yang dicintai, toh sowieso kondisi di Jerman juga ga lagi aman dan nyaman.

Kalau seandainya gw balik ke Indonesia, gw takut untuk gawe disana. Bukan karena gajinya lebih kecil dari pendapatan gw saat ini, tapi karena gw terbiasa kerja fleksibel dan jam kerja gw yang atur. Setiap gw nelpon samanta ke Indonesia, dia selalu cerita hal yang terjadi di tempat kerjanya, ini lah itu lah dan gw selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tiba-tiba popped di kepala gw dan pertanyaan tersebut selalu diakhiri oleh jawaban samanta "Hhhh, kamu udah lupa ya sama kebiasaan di Indonesia?". Bukan karena gw ingin bergaya sok eropa, tapi ada beberapa hal yang pasti akan berubah seiring bertambahnya hari-hari di perantauan. Lo pasti akan menyerap budaya tersebut, makanya lo perlu banget filter yang mahal, yang buat gw filter ini adalah agama dan keluarga.

Back to masalah kerja di Indonesia, gw ga suka yg namanya senioritas. Gw sempet tanya ke bokap angkat gw disini "adek kelas apa sih bahasa Jermannya?" dan bukan jawaban yang gw dapet tapi tatapan kebingungan. Dia malah tanya balik ke gw "itu apa? di Jerman ga ada tuh yang begituan, penting ya kalau lo senior atau junior?", that's the point.

Gw ga pernah biasanya takut sama yang namanya ujian tapi entah kenapa ngadepin ujian sekarang itu gw berasa out of space banget. Banyak banget ngomongin hal ga jelas, kerjaan lah, menikah lah, apalah. Tidur tiap malem ngigo melulu dan yang disebut-sebut itu selalu ujian. Prestasi banget buat gw selama hidup mimpi dan ngigo bahan ujian -_-
Si babeh bilang katanya kalau orang mau ujian dan terus menerus mimpiin ujian tersebut, berkali-kali dan berasa real banget mimpi ujiannya, biasanya hasilnya akan bagus, lulus, memuaskan. Duh, itu kan mitos banget, tapi sedikitnya gw ingin percaya karena saat ini gw butuh banget yang namanya kata-kata yang menenangkan. Ujiannya sih cuma sehari tapi kesiksanya kok begini banget ya, ga enak duh.

Ya udahlah segini dulu curhatnya, perut gw berontak karena dikasih pakan dua bungkus mi goreng yang beda rasa -_-

Monday 26 January 2015

Aupair: Apakah Aupair itu? (Part II)

Hai, sorry kalau gw udah lama ga nulis karena kemaren sempet disibukkan dengan pendaftaran ke kampus, daftar-daftar ujian DSH dan TestDaF (akhirnya gw dapat tempat juga buat ikut ujian setelah dari 2013 selalu ga dapat jatah tempat dan uang pendaftaran dikembalikan berkali-kali oleh pihak penyelenggara ujian, what a pity) dan juga sibuk nonton film drama korea hahahaha. Oia, Facebook account gw juga udah gw nonaktifkan, jadi es tut mir wirklich leid kalau kalian nyari gw di FB dan ga nemu account gw, karena sejak dari tahun lalu ich bin nicht mehr auf Facebook zu finden, jadi kalau mau tanya-tanya bisa tulis komen aja di blog ini atau email ke gw.

Di postingan gw yang Aupair: Apakah Aupair itu? (Part I) gw udah sebutin mengenai definisi Aupair itu apa, tugas-tugasnya ngapain aja,  kenapa suatu keluarga punya Aupair, jam kerja Aupair dan juga requirement bahasa untuk Aupair. Disini gw akan bahas berapa uang saku yang diterima Aupair, waktu libur Aupair dan lain-lain.

Aupair sebulannya dapet uang saku atau Taschengeld sebanyak € 260. Ga banyak sebenernya tapi itu cukup buat mendanai keinginan untuk beli baju baru, jalan-jalan, jajan atau mungkin juga beli HP, laptop dan kamera seperti yang gw lakukan. Kalau diitung-itung, Aupair setahun bisa dapat € 3120 (jangan tanya berapa rupiah karena pastinya banyak kalau dalam rupiah, so let's stay in €), ini penghasilan bruto nya ya. Kalau ditambah bayar utang tiket pesawat ke Gastfamilie, berarti sebulannya Aupair bisa dapat € 150 - 200 tergantung berapa dipotongnya dan berapa lama waktu bayar utangnya. Untuk ini gw sarankan untuk nabung dan jangan minjem uang GF untuk beli tiket pesawat, karena ini merugikan kalian.

Selain € 260 per bulannya, Aupair juga dapat € 50 per bulannya untuk bayar les. € 50 ini yang resmi menurut peraturan dan perundang-undangan Aupair ya, kalau GF mau full bayarin les berarti itu rejeki kalian. Kalau gw waktu itu, gw bayar tiket pesawat sendiri dan les full dibayarin GF untuk semester pertama. Cuma kalau kalian dapat GF yang bener-bener stick to the rule, dalam artian tiket pesawat ditanggung Aupair dan GF bayar les € 50 per bulannya, maka kalian harus pinter dalam mengatur pengeluaran. Tips dari gw gini: biasanya les selalu dibayar di awal pendaftaran (beruntung gw dapat tempat les yang bisa dibayar di akhir dan juga dicicil :D), jadi bulan pertama jangan dulu jalan-jalan. Taschengeld dan uang € 50 itu di alokasikan dulu untuk bayar les. Cara ini akan sulit dilakukan kalau kalian ternyata juga nunggak uang tiket pesawat ke GF, itu akan berat sekali buat Aupair karena dijamin sampai bulan ke 10 kalian disini, kalian akan minim sekali dalam hal keuangan dan pada akhirnya disaat kalian pulang ke Indonesia, kalian cuma mengantongi € 150 - 500 uang di saku. Jangan sekali.kali berfikiran untuk ga les dan menghemat uang yang € 50 karena les ini penting untuk yang baru datang. Selain membuka peluang untuk dapat teman, sebagian Aupair mengikuti les untuk mencari jodoh (hahaha), jadi kalau baru datang dan memutuskan untuk ga les itu menurut gw adalah keputusan yang buruk karena kalian akan stuck di rumah dan ga kenal orang baru.

Dalam setahun Aupair punya jatah 4 minggu libur. Jatah libur ini bisa di ambil sesuai dengan kesepakatan dengan GF. Biasanya bisa ngambil libur seminggu tiap musimnya dan berbarengan dengan waktu libur anak dan juga GF. Atau bisa juga di ambil diakhir masa kerja kalian jadi full 4 minggu. Saran dari gw, sebaiknya di awal bikin kalender Urlaub dengan GF. Jadi setiap kalian ngambil Urlaub, coret berapa hari yang udah diambil dan berapa sisanya. Ini untuk menghindari salah itung sisa liburan. Kalian merasa masih punya jatah libur tapi di hitungan GF kalian udah ga punya jatah libur, kan ga asik ya kalau gitu. Sesuaikan juga jadwal liburanmu dengan jadwal liburan yang diambil teman-temanmu, ini dilakukan untuk menghemat ongkos perjalanan karena harga tiket untuk grup (max. 5 orang) jauh lebih murah bila dibandingkan dengan harga tiket satu orang. Jatah Urlaub 4 minggu ini tidak termasuk dalam libur rutin Aupair.

Urlaubskalender

Kerja Sambilan di Jerman (Part II): Kerja (Sebagian Gelap) di Sembilan Tempat yang Berbeda

Bulan-bulan pertama setelah aku keluar dari rumah Gastfamilie  merupakan bulan-bulan yang sulit banget buat aku. Gak hanya dari segi keuanga...