Saturday 9 May 2015

Surat untuk (Calon) Suamiku

Assalamualaikum wr wb,
apa kabar? Sedang sibuk apa kamu sekarang? Apa kamu sudah mulai mempersiapkan diri serta memantaskan diri untuk menjadi pendampingku kelak yang akan mengambil tanggung jawab menjadi laki-laki paling hebat dan yang paling aku andalkan di dalam hidupku nanti setelah ayahku? Aku pun begitu, aku sedang mempersiapkan diri untuk menyambutmu datang ke dalam kehidupanku, mempersiapkan diri agar ibumu tak khawatir bahwa anaknya cuma akan makan mi instan macam-macam rasa bila kamu telah bersamaku. Aku sedang belajar bagaimana caranya untuk bisa memenuhi kebutuhanmu secara lahir maupun batin, In sha Allah karena itulah tiket surga yang aku peroleh dengan berbakti dan mengabdi padamu. Aamiin
Calon suamiku, apakah sebelumnya kita pernah bertemu? Jika pernah bertemu atau bahkan menghabiskan waktu bersama, mungkin sedikitnya kamu sudah tahu aku bagaimana.  Aku sangat suka sekali makan coklat dan permen tapi tidak begitu suka makan kue-kue. Aku suka segala jenis sayuran kecuali chicorée. Kalau aku makan sesuatu yang rasanya tidak enak, maka aku akan trauma untuk makan makanan dengan jenis yang sama dan jangan paksa aku bila aku tiba-tiba berlaku begitu. Aku suka sekali membaca, nonton film, mendengarkan musik, jalan-jalan ke kota yang baru atau hiking ke gunung, rasanya energi yang aku miliki tidak akan pernah habis untuk hal-hal itu, tapi apabila dihadapkan dengan shopping aku mungkin akan lebih memilih untuk belanja dari internet saja. Aku suka sekali anak-anak, kamu akan melihat bagian dari aku yang lain jika aku sedang bersama dengan anak-anak. Memasak aku juga suka apalagi lebih menyenangkan bagiku jika kamu pun begitu, jadi kita bisa memasak bersama dan saling memberi komentar terhadap masakan masing-masing. Aku sangat suka main game, tapi bila kamu minta aku untuk berhenti dan menghabiskan waktu denganmu maka aku akan lebih memilih untuk main game bersama denganmu, tapi aku janji aku akan mengurangi rasa sukaku pada game dan mengalokasikannya padamu :D
Di waktu luang, kamu tak perlu pusing untuk mengajakku kemana, karena sudah cukup bagiku dengan menghabiskan waktu denganmu, menonton film-film lama atau hanya sekedar mengobrol sambil ngemil, aku sangat sederhana jadi kamu tak perlu takut aku akan merasa kebosanan.
Aku bukan orang yang mudah dan luwes untuk masuk ke dalam suatu lingkungan baru maupun mengenal orang baru. Mungkin aku akan terkesan judes jika saat pertama kali bertemu, tapi percayalah itu hanya orientasi dari rasa malu dan kadang rasa tidak percaya diri yang aku miliki. Atau terkadang jika panik menyerang, aku akan non stop bicara, tertawa tidak jelas dan terlihat seperti orang yang tidak tahu malu, tapi percayalah jantungku berdebar kencang karena gugup ketika aku berlaku demikian. Jika kamu menganggapku orang yang mudah bergaul dan cepat akrab dengan orang baru, maka aku bersyukur tapi kamu tidak perlu khawatir karena jika aku telah memilihmu maka akan sulit untukku memilih yang lainnya, karena aku bukan tipe perempuan yang mudah untuk jatuh cinta. Mungkin saat aku telah bersamamu, aku masih belum merasakan perasaan apa-apa, tapi aku akan belajar dan kamu tahu, aku adalah seorang pembelajar yang sangat sungguh-sungguh.
Aku kadang merasa tidak percaya diri karena aku bukan termasuk perempuan yang suka bahkan pintar memoles diri di cermin. Aku kadang merasa takut akan kehilangan bila melihatmu tertawa lepas dengan teman perempuanmu yang menurut pendapatku lebih cantik dari aku. Apakah kamu suka perempuan yang bersolek? Baiklah, aku akan belajar untuk memulas diri untukmu dan hanya akan berdandan di depanmu atau di waktu-waktu tertentu yang kamu inginkan. Atau apakah kamu lebih memilih perempuanmu untuk pintar? Tenang saja, aku pun memiliki kesadaran sendiri untuk menjadi pintar karena kamu layak memiliki pendamping yang juga teman diskusi disaat kamu tak memiliki seseorang yang bisa kamu jadikan sebagai curahan akan ide-idemu yang tak pernah berhenti, pun anak-anak kita kelak berhak memiliki ibu yang pintar yang selalu siap membimbing mereka jika mereka ada PR yang sulit atau pun memiliki pertanyaan yang sulit sehingga mereka tidak mencari jawabannya diluaran sana seperti yang selama ini aku lakukan.
Calon suamiku, aku telah terbiasa hidup sendiri, kuliah empat tahun di Bandung lalu dilanjutkan dengan menjadi Aupair di Jerman bahkan hanya dengan bermodalkan restu orang tua dan tanpa dukungan finansial sama sekali, aku memutuskan untuk menerima kesempatan untuk melanjutkan pendidikanku. Kamu bisa membayangkan aku setiap hari harus berjuang untuk membuat hidupku seimbang, seimbang antara waktu bekerja dan belajar, membagi waktu antara keluarga dan teman, membayar tagihan bulanan yang berujung dengan menahan diri dari belanja sesuatu yang aku butuhkan bahkan yang aku inginkan. Semuanya aku jalani dengan sabar dan selalu ingat bahwa yang aku lakukan sekarang akan bermanfaat bagi keluarga kecil kita. Kamu tidak perlu khawatir memikirkan kamu akan kekurangan makan bila bersamaku, karena aku sekarang sedang mulai belajar memasak, walaupun tentu rasanya tidak bisa mengalahkan masakan ibumu. Kamu tidak perlu khawatir rumah dan anak-anak kita akan terbengkalai, karena aku sudah terbiasa menangani rumah yang berantakan dan anak yang sakit bahkan rewel. Kamu juga tak perlu khawatir kamu tidak akan memiliki waktu berdua bersamaku karena kegiatanku yang menggunung, karena untukmu akan selalu ada waktu. Di depanmu aku akan menghilangkan semua atribut kemandirian sehingga aku bisa bersandar padamu dan akan selalu membutuhkanmu.
Calon suamiku, aku hanya perempuan biasa yang juga bisa menjadi egois dan sangat pemarah. Bila aku seperti itu, maka diamkanlah aku, jangan tinggikan suaramu bila suaraku mulai meninggi kepadamu, dekati aku dan katakan bahwa semuanya akan kita lalui bersama. Kadang aku hanya perlu seseorang untuk aku peluk dan bukanlah solusi apalagi koloni.
Aku sangat menyayangi keluargaku tapi aku juga bisa saja merasa kesal kepada mereka. Bila aku mulai mengadu dan berkeluh kesah kepadamu mengenai keluargaku, janganlah kamu sekali-kali mengecilkan mereka serta menjelek-jelekan mereka dihadapanku karena aku akan sangat kecewa kepadamu. Dengarkan ceritaku dan berilah aku komentar-komentar yang menengahi karena disaat seperti itulah sosokmu berkali-kali lipat aku butuhkan. Mungkin dari luaran aku terlihat seperti egois dan selalu mau menang sendiri, tapi percayalah aku akan menjadi sangat penurut bila kamu mengemukakan alasan yang masuk akal kepadaku karena mungkin dalam hal ini otakku lebih mendominasi bila dibandingkan dengan perempuan lain yang sebagian besar dikuasai hati.
Calon suamiku, itu saja yang aku ingin katakan kepadamu, mungkin aku telah terlalu banyak bicara saat ini, tapi jangan berlega hati dulu seolah-olah kamu telah sangat mengenalku. Banyak hal-hal lain yang akan kamu temui bisa kita nanti bertemu. Sampai saat itu, aku akan menunggu dan berdoa semoga saatnya segera tiba.
Salam,
aku.

No comments:

Post a Comment

Kerja Sambilan di Jerman (Part II): Kerja (Sebagian Gelap) di Sembilan Tempat yang Berbeda

Bulan-bulan pertama setelah aku keluar dari rumah Gastfamilie  merupakan bulan-bulan yang sulit banget buat aku. Gak hanya dari segi keuanga...